"Jakarta amburadul", sekilas penilaian dari Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri saat menghadiri acara pemberian penghargaan Kota Mahasiswa atau City of Intellectual berdasarkan riset yang dilakukan oleh tim yang dipimpin guru besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Hafid Abbas, Selasa (10/11/2020).
Dalam pernyataannya Megawati mengatakan, "Karena saya juga saksi hidup di Jakarta ini. Dulu waktu pindah dari Yogyakarta ke Jakarta pada 1950.... Tetapi sekarang Jakarta ini jadi amburadul. Karena apa? Seharusnya jadi City of Intellect bisa dilakukan. Tata kota, masterplan-nya, siapa yang buat? Tentu akademisi, insinyur, dan sebagainya". - Detik
Sontak pernyataan Megawati tersebut menimbulkan perdebatan. Ada yang menilai pernyataan Mega itu sebagai kritik yang membangun bagi Pemprov DKI Jakarta agar berkinerja lebih baik lagi, tetapi ada pula yang mengganggap pernyataan Mega itu salah dikarenakan faktanya Jakarta mendapatkan penghargaan international di bidang transportasi.
Lepas dari perdebatan diatas, bilamana ditelaah lebih lanjut pernyataan Megawati soal Jakarta amburadul Penulis nilai memang tidak salah juga. Merujuk tahun 1950, kondisi Ibukota tentunya tidak semerawut kondisi Jakarta di tahun 2020 seperti sekarang.Â
Mengacu dari data kependudukan tahun 2018, jumlah penduduk Jakarta yaitu sekitar 10,4 juta jiwa dan diproyeksikan bertambah setiap tahunnya. Jumlah tersebut belum ditambah dengan jumlah penduduk sekitarnya seperti Bogor, Bekasi, Tangerang, Depok yang beraktivitas serta penduduk luar yang mencari peruntungan disini.
Anda-anda bisa bayangkan betapa padatnya Jakarta saat ini. Sejumlah pembangunan baik dari hunian, prasarana, hingga fasilitas umum seolah tak mampu menampungnya. Tengoklah soal hunian, kita masih seringkali melihat mereka yang nasibnya tak menentu di Ibukota hidup hanya beratapkan langit, di kolong-kolong jembatan, maupun bangunan liar semi permanen.
Bahwasanya Jakarta kondisinya lebih baik, boleh saja penilaian tersebut benar. Namun pertanyaannya cakupan lebih baiknya itu pada hal apa dahulu?
Acapkali Penulis melihat selaku Gubernur DKI Anies Baswedan melihat Jakarta hanya berkaca pada wilayah Sudirman-Thamrin yang kerap dibangga-banggakan dan seolah di anak emaskan. Dan jangan cuma urusin cita-cita target 500km sepeda Pak, wong lahannya saja pas-pasan dan jalannya banyak lubang serta tambalan.
Padahal masih ada wilayah Jakarta yang lain yang perlu perhatian, contohlah daerah utara Jakarta yang nyaris tenggelam dan kesulitan air bersih. Apakah sudah terpikirkan solusinya?
Padahal masih banyak penduduk Jakarta yang perlu diperhatikan, contoh apakah kinerja para pekerja lapangan seperti pasukan orange, biru, hijau, ungu dimonitor sedemikian rupa agar terasa manfaatnya oleh masyarakat Jakarta?
Dengan kata lain masih lusinan permasalahan Ibukota yang perlu dibenahi, jangan hanya karena sebuah penghargaan malah jadi lupa diri untuk berbenah.
Kritik Megawati bilamana dirunut bahwa ada benarnya pula. Sebagai Ibukota dengan resources yang berkali-kali lipat daerah lain dan fasilitas pendidikan yang lebih baik maka seharusnya ditopang dengan manajemen yang kiranya jauh lebih baik.
Penulis yakin bahwasanya di Balai Kota sana banyak orang-orang pintar dengan sederet gelar mentereng. Tetapi faktanya hanya bermodalkan kepintaran dan gelar ternyata tidak cukup untuk menyelesaikan permasalahan yang Ibukota hadapi dan seharusnya mereka melihat apa yang kurang dari hal tersebut mengapa masalah di Jakarta tak kunjung selesai.
Lebih lanjut kritik Megawati itu juga tidak hanya tertuju kepada Anies semata. Kalau Anda-anda berpikiran, kenapa Megawati baru mengungkapkannya sekarang bukan berarti pemimpin Jakarta yang dahulu sempurna karena setiap manusia pasti ada kurangnya, tetapi karena Anies-lah yang sedang memangku tanggungjawab prihal Ibukota.Â
Kritik Megawati merupakan kritik kepada seluruh elemen yang hinggap di Ibu kota ini untuk merawat dan menjaganya, jangan hanya bermodalkan ingin hidup dan berbuat semaunya.
Penulis pun melihat Kritik Megawati ini juga sebagai pengingat bagi siapapun yang kelak memimpin Jakarta bahwasanya segudang permasalahan menanti untuk segera diatasi. Semoga saja di masa kepemimpinan Anies tersisa syukur-syukur bilamana beliau mampu menyelesaikan beberapa permasalahan yang ada sehingga kelak yang meneruskannya dapat fokus mempertahankan kinerja baik serta membenahi pekerjaan rumah Ibukota Jakarta yang lain.
Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI