Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Untuk Apa Mengemis Maaf Kepada Macron?

3 November 2020   15:22 Diperbarui: 3 November 2020   16:55 15412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernyataan Presiden Perancis Emmanuel Macron pasca serangan yang terjadi di negaranya menuai kecaman oleh masyarakat Muslim di seluruh dunia tak terkecuali negara dengan penduduk Muslim terbesar yaitu Indonesia karena dinilai telah menghina agama Islam dan Nabi Muhammad SAW. 

Seruan anti Perancis pun terjadi sebagai bentuk protes atas pernyataan kontroversi tersebut. Sejumlah negara mengambil tindakan tegas seperti Turki, Kuwait, Mesir, dan lain-lain dengan memboikot sementara produk-produk asal Perancis. 

Sedangkan di Indonesia, secara resmi Presiden Jokowi telah memberikan tanggapan atas aksi kekerasan dan teror di Perancis serta mengecam pernyataan Macron yang dianggap dapat memecah belah persatuan umat beragama di dunia disaat dunia butuh bersatu padu menghadapi pandemi Covid-19.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Sekjen-nya pun turut menuntut agar Macron segera mencabut pernyataan dan meminta maaf kepada umat Muslim.

"Sikap dan tindakannya mencerminkan kebencian dan permusuhan. Untuk itu kita minta dia mencabut ucapannya dan meminta maaf kepada umat Islam," kata Sekjen MUI Anwar Abbas, kepada wartawan, Minggu (1/11/2020). - Detik.com

Menanggapi hal diatas, Penulis sebagai pribadi yang juga beragama Islam kiranya izin untuk berpendapat prihal kontroversi yang terjadi atas pernyataan Presiden Perancis Emmanuel Macron.

Tentu kita perlu menelaah lebih lanjut bahwa pernyataan Macron ditenggarai peristiwa kekerasan dan teror yang terjadi di Perancis dimana seorang Guru dipenggal karena menunjukkan karikatur Nabi Muhammad SAW. Atas insiden itu selaku Presiden, Macron bereaksi dengan menyebut aksi tersebut sebagai tindakan teror separatis Islam dan menganggap agama Islam sedang menghadapinya krisis.

Sangat lumrah bilamana warga Muslim di dunia memprotes hal tersebut karena kita tahu betul bahwa aksi terorisme tidak merujuk kepada suatu agama tertentu. Kemudian mengenai karikatur Nabi Muhammad SAW yang dinilai merendahkan berikut memicu amarah umat Islam karena menghina Rasulullah dimana sejatinya beliau merupakan pribadi berakhlak mulia dan junjungan bagi umat Muslim.

Lantas pertanyaannya, pantaskah umat Muslim marah? Untuk sebagian umat mungkin menganggap hal itu perlu. Akan tetapi apakah perlu menuntut agar Presiden Perancis Emmanuel Macron meminta maaf? Penulis rasa hal ini hanya akan buang-buang waktu saja.

Bagi Penulis untuk apa mengemis maaf kepada Macron toh tidak ada gunanya dikarenakan Penulis percaya Presiden Perancis Emmanuel Macron tetap konsisten dengan sikapnya akan menjunjung tinggi kebebasan berpendapat dan berekspresi di negaranya.

Dalam cakupan sistem dalam sebuah negara maka segala urusan internal adalah tanggungjawab dan keputusan mereka. Sebagai contoh, Indonesia masih menerapkan sanksi hukuman mati dan tidak ada satu negara mana pun yang bisa mengganggu gugat keputusan tersebut.

Menekan Macron untuk meminta maaf dengan berdemo di depan kedutaan Perancis, memboikot produk Perancis, maupun aksi lainnya pada hakikatnya tidak akan berpengaruh apa-apa. Tetapi bukan berarti tidak ada cara lain yang bisa dilakukan.

Merujuk pada sikap Rasulullah, kiranya kita sebagai umat perlu secara seksama melihat permasalahan dari pernyataan kontroversial Macron dan provokasi akibat karikatur Nabi Muhammad SAW ini bahwasanya dilakukan oleh mereka yang tidak paham dengan ajaran agama Islam maupun tidak mengetahui sosok Rasulullah.

Oleh karena itu Indonesia selayaknya negara dengan umat Muslim terbesar ada baiknya melakukan pendekatan secara persuasif kepada pihak Perancis untuk menerangkan arti identitas seorang Muslim sebenar-benarnya serta betapa agungnya sosok Rasulullah sebagai junjungan umat Islam. 

Benar, toh di Perancis juga ada umat  dan komunitas Muslim maka kenapa mereka tidak menjelaskan saja. Lantas apa salahnya sih mencoba? Anda bisa lihat bagaimana batu terkikis oleh tetesan air. Walau butuh waktu lama untuk dapat mengerti agama Islam, setidaknya negeri ini berusaha dengan caranya sendiri dan bukan ikut-ikutan.

Kenapa cara demikian perlu ditempuh? Dalam konteks tak hanya hubungan antar manusia dan umat beragama bahwa antar negara pun kita saling membutuhkan. Kerap kali hubungan tersebut mungkin saja memanas dikarenakan miskomunikasi diantaranya, dan agar terjalin komunikasi yang baik maka masing-masing negara perlu belajar untuk saling memahami satu dengan yang lain.

Pernyataan Macron mungkin saja menyakitkan bagi umat Muslim di dunia, akan tetapi bilamana kita sebagai umat bersikap keras lantas apakah dengan begitu Macron akan melunak? Apakah batu harus diadu dengan batu agar hancur lebur? 

Bukankah hal ini dapat mengakibatkan dampak yang justru dikhawatirkan yaitu perpecahan antar umat beragama karena tidak mau saling memahami. Tak bisakah kita mengikuti jejak Rasulullah yang sedianya bersikap sabar, lemah lembut, dan istiqomah dalam berdakwah sekalipun beliau diterjang badai cobaan dan godaan. 

Dibalik kontroversi pernyataan Macron, Penulis berpesan pula kepada umat Muslim khususnya di Indonesia janganlah kita ibarat pepatah "Semut diujung lautan kelihatan, Gajah dipelupuk mata tidak kelihatan".

Apa maksud Penulis mengatakan demikian? Kepada saudara seiman sekalian bahwa ingat semakin tua zaman maka semakin besar cobaannya, tak terkecuali bagi umat Muslim. 

Kenapa? Karena seiring tuanya zaman maka degradasi keimanan semakin terlihat dimana ahlak keimanan generasi muda kian luntur oleh beranekaragam cobaan serta godaan dunia, dan hanya dengan keimanan yang hakikilah umat Islam mampu menghadapinya.

Sebagai umat Islam harus tegar dan kuat sekalipun cemoohan ditujukan kepada kita. Bilamana dunia tak bisa diharapkan untuk mengubah persepsi pandangan miring dari umat lain terhadap Islam, toh hal tersebut tak berlaku di hadapan Allah ta'ala karena Islam adalah agama rahmatan lil alamin.

Umat Islam harus kuat, bukan dengan cara berdemo atau memboikot melainkan dengan cara mengamalkan apa-apa saja ajaran yang Rasulullah wariskan kepada umatnya yaitu mendirikan shalat, mengamalkan Al Qur'an, dan menjaga para alim ulama. Tak lupa pula sebagai pribadi untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah ta'ala agar diberikan keselamatan serta tempat terbaik di sisi Allah dimana kelak kita dapat bersanding bersama Rasulullah tercinta.

Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun