Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Untuk Apa Mengemis Maaf Kepada Macron?

3 November 2020   15:22 Diperbarui: 3 November 2020   16:55 15412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menekan Macron untuk meminta maaf dengan berdemo di depan kedutaan Perancis, memboikot produk Perancis, maupun aksi lainnya pada hakikatnya tidak akan berpengaruh apa-apa. Tetapi bukan berarti tidak ada cara lain yang bisa dilakukan.

Merujuk pada sikap Rasulullah, kiranya kita sebagai umat perlu secara seksama melihat permasalahan dari pernyataan kontroversial Macron dan provokasi akibat karikatur Nabi Muhammad SAW ini bahwasanya dilakukan oleh mereka yang tidak paham dengan ajaran agama Islam maupun tidak mengetahui sosok Rasulullah.

Oleh karena itu Indonesia selayaknya negara dengan umat Muslim terbesar ada baiknya melakukan pendekatan secara persuasif kepada pihak Perancis untuk menerangkan arti identitas seorang Muslim sebenar-benarnya serta betapa agungnya sosok Rasulullah sebagai junjungan umat Islam. 

Benar, toh di Perancis juga ada umat  dan komunitas Muslim maka kenapa mereka tidak menjelaskan saja. Lantas apa salahnya sih mencoba? Anda bisa lihat bagaimana batu terkikis oleh tetesan air. Walau butuh waktu lama untuk dapat mengerti agama Islam, setidaknya negeri ini berusaha dengan caranya sendiri dan bukan ikut-ikutan.

Kenapa cara demikian perlu ditempuh? Dalam konteks tak hanya hubungan antar manusia dan umat beragama bahwa antar negara pun kita saling membutuhkan. Kerap kali hubungan tersebut mungkin saja memanas dikarenakan miskomunikasi diantaranya, dan agar terjalin komunikasi yang baik maka masing-masing negara perlu belajar untuk saling memahami satu dengan yang lain.

Pernyataan Macron mungkin saja menyakitkan bagi umat Muslim di dunia, akan tetapi bilamana kita sebagai umat bersikap keras lantas apakah dengan begitu Macron akan melunak? Apakah batu harus diadu dengan batu agar hancur lebur? 

Bukankah hal ini dapat mengakibatkan dampak yang justru dikhawatirkan yaitu perpecahan antar umat beragama karena tidak mau saling memahami. Tak bisakah kita mengikuti jejak Rasulullah yang sedianya bersikap sabar, lemah lembut, dan istiqomah dalam berdakwah sekalipun beliau diterjang badai cobaan dan godaan. 

Dibalik kontroversi pernyataan Macron, Penulis berpesan pula kepada umat Muslim khususnya di Indonesia janganlah kita ibarat pepatah "Semut diujung lautan kelihatan, Gajah dipelupuk mata tidak kelihatan".

Apa maksud Penulis mengatakan demikian? Kepada saudara seiman sekalian bahwa ingat semakin tua zaman maka semakin besar cobaannya, tak terkecuali bagi umat Muslim. 

Kenapa? Karena seiring tuanya zaman maka degradasi keimanan semakin terlihat dimana ahlak keimanan generasi muda kian luntur oleh beranekaragam cobaan serta godaan dunia, dan hanya dengan keimanan yang hakikilah umat Islam mampu menghadapinya.

Sebagai umat Islam harus tegar dan kuat sekalipun cemoohan ditujukan kepada kita. Bilamana dunia tak bisa diharapkan untuk mengubah persepsi pandangan miring dari umat lain terhadap Islam, toh hal tersebut tak berlaku di hadapan Allah ta'ala karena Islam adalah agama rahmatan lil alamin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun