Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dagelan Jalan Tol Sepeda dan Hype Sepeda Ibu Kota

16 Juni 2020   09:01 Diperbarui: 25 Juni 2020   08:26 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sontak Penulis terkejut ketika mendapati sebuah pesan dari kerabat yang berisikan informasi mengenai "Jalan Tol Sepeda". Dahi Penulis mengerenyit seolah tidak percaya melihatnya dan dalam benak Penulis berkata dagelan macam apa lagi ini?

Dikutip dari pesan singkat tersebut. "Melihat tren bersepeda yang sedang meningkat di Jakarta, Pemprov DKI Jakarta dan Dinas Perhubungan DKI Jakarta mendukung gerakan ini dengan membangun jalur sepeda sementara yang terproteksi di Jalan Jendral Sudirman dan MH Thamrin.

Dari Bundaran Senayan hingga Sarinah, lajur paling kiri diambil alih menjadi lajur khusus sepeda yang diberi pembatas.

Dengan demikian, pesepeda di koridor ini dapat menikmati 'jalan tol' yang lebih aman dan nyaman di lewati" dst.

Jalan tol sepeda? (ITDP)
Jalan tol sepeda? (ITDP)
Mau ketawa tapi takut dosa, Penulis pun mencoba menelaah lebih lanjut maksud dari "jalan tol sepeda" gerangan ini. Namun penafsiran Penulis selalu berujung bahwa jalan tol sepeda ini hanya sebatas beda istilah dari lajur sepeda yang sebelumnya telah (dipaksakan) ada yang kini untuk sementara diberi pembatas.Lebih lanjut, sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan jalan tol? 

Dalam keseharian umum kita menyebutnya sebagai jalan bebas hambatan yang hanya (di Indonesia) diperuntukkan untuk kendaraan roda empat atau lebih.Namun kata dari "TOL" itu sendiri sebetulnya merupakan sebuah singkatan dari istilah asing yaitu Tax On Location.

"TOL di sini berarti pengendara mobil yang menggunakan jalan tertentu dikenakan pajak di tempat  melewati atau menggunakannya. Sedangkan di mancanegara isilah jalan TOL itu dikenal dengan Toll Road.

Toll merupakan bahasa Inggris yang artinya biaya. Yang berarti saat ada yang menggunakan jalan tol tersebut, maka pengendaranya diwajibkan membayar sebesar tarif yang ditentukan". - Tribunnews.

Dari penjelasan mengenai TOL maka pertanyaannya sederhana, apakah tepat bilamana jalur sepeda yang dimaksudkan diatas diberi sebutan "Jalan Tol Sepeda"?


Penulis sebagai pesepeda dan turut memanfaatkan lajur sepeda tersebut mengapresiasi langkah Pemprov DKI dan Dishub Jakarta ini. Akan tetapi dari pengalaman Penulis, lajur sepeda itu pun keberadaannya tetap rawan bahaya dalam artian sebagai pesepeda perlu lebih waspada karena lajur kiri juga digunakan baik itu kendaraan bermotor lainnya maupun transportasi publik yang ingin mengangkut penumpang di halte-halte bus sepanjang jalan Sudirman - MH Thamrin.

Lepas dari istilah konyol akan jalan tol sepeda, dalam cakupannya prihal fenomena tumbuh berkembang pesatnya pesepeda khususnya di Ibukota belakangan ini atau saat pandemi Covid-19 sebenarnya apa sih penyebabnya?

Jujur saja bilamana Penulis amati, sebelum Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta berlangsung pada pertengahan Maret lalu. Jumlah pengguna sepeda pada saat Car Free Day bisa dikatakan cukup banyak, namun ketika itu jumlahnya masih lebih sedikit dengan orang yang memilih berolahraga jalan santai maupun lari.

Jelang masa transisi pada bulan Juni ini atau lebih tepatnya seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri 1441H, dari pengamatan Penulis saat itu jumlah pesepeda melonjak secara signifikan.

Pada awal mulanya Penulis menanggapi mungkin lonjakan pengguna pesepeda ini merupakan luapan dari momentum pasca bulan puasa. Sepekan kemudian Penulis kembali bersepeda ada pemandangan yang sangat berbeda nampak bahwasanya jumlah pesepeda memang meningkat sangat pesat dimana jalan di Sudirman - MH Thamrin diramaikan oleh para pesepeda.

Informasi di media elektronik yang mengemukakan toko-toko sepeda diserbu oleh pembeli, klarifikasi produsen sepeda yang menyatakan peningkatan permintaan akan sepeda, serta pengamatan kerabat yang hampir setiap harinya menemui pesepeda berlalu lalang di jalan protokol bahkan pada saat malam hari menambah sahih bahwa betul akan adanya lonjakan drastis jumlah pesepeda di Jakarta.

Etika bersepeda (ITDP)
Etika bersepeda (ITDP)

Lantas apa yang menjadikan sekarang-sekarang ini orang lebih banyak memilih bersepeda? Apakah murni dari efek kebosanan disebabkan berdiam diri di rumah akibat pandemi Covid-19?Efek kebosanan dari berdiam diri di rumah akibat pandemi Covid-19 sepersekian persen ada benarnya. Namun meningkatnya jumlah pesepeda menurut Penulis lebih ditenggarai karena moda transportasi ini merupakan moda transportasi yang paling memungkinkan disaat pandemi (merujuk protokol kesehatan social distancing) berikut dapat difungsikan pula untuk berolahraga.

Cakupan harga yang dapat terbilang terjangkau (berkisar 1 juta sampai 3 juta) untuk jenis sepeda dan merk tertentu pastinya, membuat mengapa orang-orang tertarik dan beralih kepada aktivitas bersepeda.

Kemudian jangan lupakan faktor pandemi yang menyebabkan kini lebih banyak waktu senggang yang dapat individu lakukan. Pemberlakuan protokol kesehatan dalam ranah perkantoran dimana jumlah karyawan yang masuk dibatasi dan metode masuk kantor shift-shiftan turut mendorong individu untuk mengisi waktu luang mereka dimana opsi bersepeda bisa pula digunakan sebagai sarana hiburan mereka untuk dapat keluar rumah mengobati kejenuhan.

Jadi secara kesimpulan, lonjakan pesepeda ini bisa dikatakan lebih kepada "hype" atau fenomena booming sesaat yang kemungkinan dalam jangka waktu tertentu akan berakhir nantinya, apakah itu karena khalayak umum sudah menemui titik kebosanan akan kegiatan bersepeda atau bisa juga pandemi Covid-19 ini berakhir (semoga).

Lebih kurangnya, bilamana Pemerintah Daerah ingin lebih mensupport kegiatan bersepeda maka saran Penulis yaitu perbaiki rongga-rongga jalan di Jakarta yang dipenuhi tambalan di sana-sini, environment untuk sepeda diperhatikan baik itu rambu (sampai saat ini hampir dikatakan nihil) atau lainnya, serta pertegas lagi aturan lalu lintas agar bagaimana baik setiap pengguna dapat memanfaatkan jalan dengan aman dan nyaman. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan dikarenakan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun