Jujur saja bilamana Penulis amati, sebelum Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta berlangsung pada pertengahan Maret lalu. Jumlah pengguna sepeda pada saat Car Free Day bisa dikatakan cukup banyak, namun ketika itu jumlahnya masih lebih sedikit dengan orang yang memilih berolahraga jalan santai maupun lari.
Jelang masa transisi pada bulan Juni ini atau lebih tepatnya seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri 1441H, dari pengamatan Penulis saat itu jumlah pesepeda melonjak secara signifikan.
Pada awal mulanya Penulis menanggapi mungkin lonjakan pengguna pesepeda ini merupakan luapan dari momentum pasca bulan puasa. Sepekan kemudian Penulis kembali bersepeda ada pemandangan yang sangat berbeda nampak bahwasanya jumlah pesepeda memang meningkat sangat pesat dimana jalan di Sudirman - MH Thamrin diramaikan oleh para pesepeda.
Informasi di media elektronik yang mengemukakan toko-toko sepeda diserbu oleh pembeli, klarifikasi produsen sepeda yang menyatakan peningkatan permintaan akan sepeda, serta pengamatan kerabat yang hampir setiap harinya menemui pesepeda berlalu lalang di jalan protokol bahkan pada saat malam hari menambah sahih bahwa betul akan adanya lonjakan drastis jumlah pesepeda di Jakarta.
Lantas apa yang menjadikan sekarang-sekarang ini orang lebih banyak memilih bersepeda? Apakah murni dari efek kebosanan disebabkan berdiam diri di rumah akibat pandemi Covid-19?Efek kebosanan dari berdiam diri di rumah akibat pandemi Covid-19 sepersekian persen ada benarnya. Namun meningkatnya jumlah pesepeda menurut Penulis lebih ditenggarai karena moda transportasi ini merupakan moda transportasi yang paling memungkinkan disaat pandemi (merujuk protokol kesehatan social distancing) berikut dapat difungsikan pula untuk berolahraga.
Cakupan harga yang dapat terbilang terjangkau (berkisar 1 juta sampai 3 juta) untuk jenis sepeda dan merk tertentu pastinya, membuat mengapa orang-orang tertarik dan beralih kepada aktivitas bersepeda.
Kemudian jangan lupakan faktor pandemi yang menyebabkan kini lebih banyak waktu senggang yang dapat individu lakukan. Pemberlakuan protokol kesehatan dalam ranah perkantoran dimana jumlah karyawan yang masuk dibatasi dan metode masuk kantor shift-shiftan turut mendorong individu untuk mengisi waktu luang mereka dimana opsi bersepeda bisa pula digunakan sebagai sarana hiburan mereka untuk dapat keluar rumah mengobati kejenuhan.
Jadi secara kesimpulan, lonjakan pesepeda ini bisa dikatakan lebih kepada "hype" atau fenomena booming sesaat yang kemungkinan dalam jangka waktu tertentu akan berakhir nantinya, apakah itu karena khalayak umum sudah menemui titik kebosanan akan kegiatan bersepeda atau bisa juga pandemi Covid-19 ini berakhir (semoga).
Lebih kurangnya, bilamana Pemerintah Daerah ingin lebih mensupport kegiatan bersepeda maka saran Penulis yaitu perbaiki rongga-rongga jalan di Jakarta yang dipenuhi tambalan di sana-sini, environment untuk sepeda diperhatikan baik itu rambu (sampai saat ini hampir dikatakan nihil) atau lainnya, serta pertegas lagi aturan lalu lintas agar bagaimana baik setiap pengguna dapat memanfaatkan jalan dengan aman dan nyaman. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan dikarenakan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H