Walau kesadaran dan sisi kepedulian di masyarakat meningkat namun yang menjadi persoalan ialah benih-benih kebencian dapat tumbuh dari berbagai macam hal diluar kendali manusia.
Kenapa Penulis bisa katakan demikian? Kita bisa telisik dari kasus kematian mendiang George Floyd, di satu sisi boleh jadi momentum ini membangkitkan semangat anti rasisme. Tetapi bukan berarti ada sisi negatif yang bangkit pasca insiden tersebut yaitu tumbuhnya kebencian terhadap institusi maupun golongan tertentu.
Terjadinya kerusuhan dan penjarahan merupakan bentuk gejolak sosial kalau saja ada masalah pelik kasat mata yang terjadi di negeri Paman Sam. Dan gejolak sosial itu bisa meledak kapan saja dipicu oleh insiden-insiden serupa di kemudian hari.
Bias dari demonstrasi besar-besaran kematian mendiang George Floyd pun kian terlihat tatkala tidak ada kesepahaman dari tagar yang digunakan di media sosial. Tak sedikit pihak merasa tagar "Black Lives Matter" hanya berfokus kepada satu golongan tetapi tidak mewakili golongan lain yang sama-sama mengalami penindasan, sebagai contoh krisis kemanusiaan warga Palestina yang berada di jalur Gaza.
Hal diatas seolah menegaskan bahwa aksi solidaritas yang terjadi di belahan penjuru dunia saat ini sebenarnya belum secara keseluruhan mewakili apa yang terjadi di muka bumi.Â
Aksi solidaritas tersebut lebih kepada sebuah euforia merujuk kepada sebuah insiden yang secara kebetulan menjadi sorotan media, sedangkan realita lainnya mengantri untuk diungkapkan. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H