Kalau secara nalar, imbauan larangan mudik ke luar Jakarta kemarin saja ternyata masih kurang efektif walau ada operasi pos-pos jaga guna mengantisipasinya. Maka dengan kata lain probibilitas para pemudik dapat kembali ke Jakarta pun menurut penulis masih sangat besar.
Tindakan tegas aparat yang berjaga semisal meminta pemudik untuk memutar balikkan arah kembali ke kampung halaman mereka pun tidak menjamin dapat mencegah seseorang untuk mencobanya kembali di lain waktu.
Kemudian menyangkut probabilitas lolos untuk dapat kembali ke Jakarta, menurut penulis tidak lepas dari jam operasional pos jaga yang tidak 24 jam penuh. Kebanyakan pemudik yang nakal memanfaatkan waktu larut malam untuk kembali ke kampung halaman. Begitupun usaha mereka nanti untuk kembali ke Jakarta.
Indikasi lain tentu kabar soal isu main uang antara pemudik dan aparat agar dapat lolos pulang ke kampung halaman. Jika isu ini benar dan masih terjadi maka dengan kata lain tidak ada halangan berarti bagi siapapun untuk keluar masuk Jakarta.
Lalu kalau sudah begitu maka larangan kembali ke Jakarta ini penulis nilai hanya gertak sambal semata. Apalagi melihat gelagat Pemprov DKI Jakarta yang serba angin-anginan berikut kinerjanya di masa pandemi ini yang bisa dibilang buruk dalam memperhatikan warganya.
Tanpa ada ketegasan dan tanpa ada komitmen baik aparat kepolisian, Pemprov DKI, dan masyarakat tentunya niscaya larangan kembali ke Jakarta ini akan sulit berhasil secara maksimal.
Demikian artikel penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H