Tentu tak selayaknya bimbel konvensional dimana individu baik tenaga pengajar maupun murid harus berada di lokasi yang sama. Bimbel online seolah meniadakan keterbatasan jarak antar individu sehingga baik tenaga pengajar maupun murid tak harus di lokasi yang sama.Â
Selaku murid hanya membutuhkan jaringan internet untuk menghubungkannya ke tenaga pengajar maupun mengakses (berulang kali) materi pembelajaran yang telah disiapkan. Bisa kita lihat seksama bagaimana bimbel online memiliki nilai tambah efisiensi baik dari segi tenaga, waktu, maupun biaya.Â
Hanya saja pertanyaannya adalah apakah metode pembelajaran seperti bimbel online ini efektif dan dapat diakses oleh setiap kalangan?
Penulis yakini bahwasanya tak semua orang setuju mengenai implementasi metode pembelajaran jarak jauh layaknya bimbel online. Hal ini lebih dikarenakan faktor intern akan kemampuan individu masing-masing dalam menerima ilmu yang masuk berbeda-beda tingkatannya.Â
Ada individu yang bisa langsung paham dengan hanya melihat penjelasan dalam materi tutor yang diberikan oleh bimbel online, tetapi ada pula individu yang membutuhkan interaksi yaitu keberadaan tenaga pengajar agar ia paham dengan apa materi yang sedang dilatihkan.
Kemudian menyangkut peluang pasar. Sebagaimana Penulis katakan baik bimbel online maupun bimbel konvensional punya segmen yang serupa, akan tetapi dasar karakteristik masing-masing bimbel yang berbeda dimana yang satu bisa via daring dan yang satu lagi musti tatap muka maka peluang keduanya Penulis besarnya sama besarnya.Â
Boleh jadi bimbel online memiliki jangkauan peluang pasar lebih luas ketimbang bimbel konvensional yang terbatas pada wilayah, tetapi akses internet yang terbatas dan biaya tambahan yang perlu dikeluarkan bisa menjadi faktor kendala mengapa orang akan tetap memilih bimbel konvensional.
Pada kesimpulannya apa? Sejatinya baik bimbel konvensional maupun online tetap dapat berjalan beriringan. Penulis tidak yakin keberadaan bimbel online otomatis akan memberanguskan (tutup/bangkrut) eksistensi bimbel konvensional atau memberhentikan rezeki pihak-pihak yang menggantungkan hidup kepadanya.
Kenapa? Ya kembali sifat dari "inovasi" ialah pembaharuan, ia bukan layaknya "revolusi" yang merupakan perubahan. Inovasi tidak selayaknya revolusi industri yang semisal menggantikan tenaga uap menuju tenaga listrik. Inovasi bertujuan yaitu memberikan nilai tambah dari atau apa yang sudah dikembangkan, tetapi ia terlahir bukan sebagai ancaman.Â
Poin terpenting akan keberlangsungan hidup atau eksistensi dari bimbel konvensional menurut Penulis lebih kepada bagaimana efektifnya cara pemasaran berikut disertai berapa besar peluang pasar yang ada.Â
Jadi bilamana ditarik benang merahnya kerja keras, kreativitas, dan keinginan untuk survive menjadi faktor penentu agar bimbel konvensional dapat bertahan.Â