Sepekan ini kabar akan mundurnya Chief Executive Officer dan Co-Founder Ruangguru Belva Devara dari jabatan Stafsus Presiden memang bisa dikatakan cukup menarik atensi publik.Â
Terlepas dari sorotan publik terhadap keikutsertaan Ruangguru dalam mitra kerja pemerintah dalam program Kartu PraKerja, bagi Penulis Ruangguru merupakan sebuah inovasi dari kolaborasi antara kemajuan teknologi informasi dan bidang pendidikan dalam upaya mengembangkan Sumber Daya Manusia melalui metode pembelajaran kursus atau pelatihan secara online (dalam jaringan/daring).Â
Dan Penulis kira sudah cukup banyak pihak-pihak baik yang memulai dan mengembangakan startup dengan metode dimaksudkan.
Selayaknya Penulis katakan hadirnya bimbel (bimbingan dan konsultasi belajar) online ini adalah wujud dari inovasi, namun keberadaan bimbel online ini sejatinya menimbulkan spekulasi apakah keberadaannya turut menjadikan ancaman (binasa) bagi bimbel konvensional?
Sebelum kita membahasnya lebih lanjut, Penulis mengajak para pembaca untuk terlebih dahulu memahami apa yang dimaksud dengan kata "inovasi"?
Dalam pengertiannya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), inovasi adalah :
1. pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru, pembaharuan.
2. penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat).
Dari pengertian diatas, apa saja sih contoh dari inovasi? Penulis beri contoh, seperti uang digital, marketplace atau aplikasi jual-beli online, aplikasi jaringan layanan perhotelan, aplikasi ojek online, smartphone, dan lain sebagainya.
Mari kita jabarkan salah satu contoh diatas, semisal uang digital. Uang digital atau uang elektronik atau sebutan kerennya e-money merupakan sebuah wujud inovasi dari perkembangan teknologi informasi di bidang keuangan dimana e-money dapat berfungsi sebagai sarana transaksi jual beli yang sah selayaknya uang kartal.
Merujuk hal diatas yaitu "pembaharuan" maka tentu inovasi memiliki nilai tambah mengapa ia sampai dilahirkan. Sepertinya uang digital yang simple dan ringkas hanya berwujud nominal dalam rupa kartu maupun saldo dalam smartphone, transaksi lebih mudah dan cepat dimana tidak perlu pusing menghitung jumlah uang yang harus dibayarkan maupun dikembalikan, faktor keamanan, dan faktor tambahan lainnya dari e-money.
Atau contoh lebih simplenya update pembaharuan pada smartphone yang bertujuan meningkatkan performa maupun kemampuan smartphone dalam mengalokasikan daya batere lebih baik dibandingkan versi sistem operasi smartphone sebelumnya. Dalam hal ini, pengguna tidak perlu mengganti unit atau smartphone miliknya ke yang lebih baru.
Lantas pertanyaannya apa yang menjadi nilai tambah dari bimbel secara online?Â
Tentu tak selayaknya bimbel konvensional dimana individu baik tenaga pengajar maupun murid harus berada di lokasi yang sama. Bimbel online seolah meniadakan keterbatasan jarak antar individu sehingga baik tenaga pengajar maupun murid tak harus di lokasi yang sama.Â
Selaku murid hanya membutuhkan jaringan internet untuk menghubungkannya ke tenaga pengajar maupun mengakses (berulang kali) materi pembelajaran yang telah disiapkan. Bisa kita lihat seksama bagaimana bimbel online memiliki nilai tambah efisiensi baik dari segi tenaga, waktu, maupun biaya.Â
Hanya saja pertanyaannya adalah apakah metode pembelajaran seperti bimbel online ini efektif dan dapat diakses oleh setiap kalangan?
Penulis yakini bahwasanya tak semua orang setuju mengenai implementasi metode pembelajaran jarak jauh layaknya bimbel online. Hal ini lebih dikarenakan faktor intern akan kemampuan individu masing-masing dalam menerima ilmu yang masuk berbeda-beda tingkatannya.Â
Ada individu yang bisa langsung paham dengan hanya melihat penjelasan dalam materi tutor yang diberikan oleh bimbel online, tetapi ada pula individu yang membutuhkan interaksi yaitu keberadaan tenaga pengajar agar ia paham dengan apa materi yang sedang dilatihkan.
Kemudian menyangkut peluang pasar. Sebagaimana Penulis katakan baik bimbel online maupun bimbel konvensional punya segmen yang serupa, akan tetapi dasar karakteristik masing-masing bimbel yang berbeda dimana yang satu bisa via daring dan yang satu lagi musti tatap muka maka peluang keduanya Penulis besarnya sama besarnya.Â
Boleh jadi bimbel online memiliki jangkauan peluang pasar lebih luas ketimbang bimbel konvensional yang terbatas pada wilayah, tetapi akses internet yang terbatas dan biaya tambahan yang perlu dikeluarkan bisa menjadi faktor kendala mengapa orang akan tetap memilih bimbel konvensional.
Pada kesimpulannya apa? Sejatinya baik bimbel konvensional maupun online tetap dapat berjalan beriringan. Penulis tidak yakin keberadaan bimbel online otomatis akan memberanguskan (tutup/bangkrut) eksistensi bimbel konvensional atau memberhentikan rezeki pihak-pihak yang menggantungkan hidup kepadanya.
Kenapa? Ya kembali sifat dari "inovasi" ialah pembaharuan, ia bukan layaknya "revolusi" yang merupakan perubahan. Inovasi tidak selayaknya revolusi industri yang semisal menggantikan tenaga uap menuju tenaga listrik. Inovasi bertujuan yaitu memberikan nilai tambah dari atau apa yang sudah dikembangkan, tetapi ia terlahir bukan sebagai ancaman.Â
Poin terpenting akan keberlangsungan hidup atau eksistensi dari bimbel konvensional menurut Penulis lebih kepada bagaimana efektifnya cara pemasaran berikut disertai berapa besar peluang pasar yang ada.Â
Jadi bilamana ditarik benang merahnya kerja keras, kreativitas, dan keinginan untuk survive menjadi faktor penentu agar bimbel konvensional dapat bertahan.Â
Bilamana mereka diam hanya karena merasa terancam, maka lama-kelamaan keberadaan bimbel konvensional ini pun akan terpaksa tergantikan oleh zaman. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H