Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dunia Politik Itu Keras, Dek Belva

22 April 2020   08:25 Diperbarui: 22 April 2020   09:22 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muda Mudi Stafsus Presiden (Kompascom)

Mundurnya Adamas Belva Syah Devara dari Staf Khusus Presiden Jokowi sontak membuat orang bertanya-tanya apa yang sedang terjadi di Istana? 

Dari penjelasan Belva Devara melalui surat terbuka yang dihimpun oleh awak media, Belva tidak ingin membuat polemik berkepanjangan mengenai beragam asumsi atau persepsi publik terhadap posisinya sebagai Staf Khusus Presiden. Sebagaimana polemik itu tengah berlangsung dan menjadi sorotan, ia tidak ingin polemik tersebut dapat mengakibatkan terpecahnya konsentrasi baik Presiden Jokowi maupun seluruh jajaran pemerintahan dalam upaya menangani pandemi Coronavirus di Indonesia.

Belva pun menerangkan bahwa keterlibatan Ruang Guru dalam program Kartu PraKerja yang diinisiasi oleh pemerintah tidak ada kaitannya atau bentuk keistimewaan terhadap posisi yang ia emban sebelumnya selaku Staf Khusus Presiden. Karena menurutnya dari semua mitra Kartu Prakerja telah melalui proses verifikasi terlebih dahulu sesuai aturan yang berlaku.

Ya sejatinya dari Surat Terbuka yang Belva kemukakan ini dapat memberikan penjelasan akan detail mengapa ia memutuskan untuk mundur dari Staf Khusus Presiden. Namun bagi Penulis pribadi berpandangan mundurnya Belva yang terkesan mendadak ini memberi isyarat lain akan prihal apa yang sedang terjadi di balik layar.

Sebagaimana kita ketahui sejak awal mula Staf Khusus Presiden diperkenalkan langsung secara pribadi oleh Presiden Jokowi dan kemudian dilantik. Tujuh dari tiga belas posisi Stafsus Presiden ini adalah mereka kalangan muda yang digadang-gadang mewakili generasi millenial. 

Ketujuh sosok muda tersebut diantaranya, CEO dan Founder Creativepreneur Event Creator Putri Indahsari Tanjung, Chief Executive Officer sekaligus Co-Founder Ruang Guru Adamas Belva Syah Devara, Perumus Gerakan Sabang Merauke Ayu Kartika Dewi, Pendiri Thisable Enterprise Angkie Yudistia, peraih beasiswa kuliah di Universitas Oxford Gracia Billy Yosaphat Membrasar, CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra, dan mantan Ketua Umum Pengurus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Aminudin Ma'ruf.

Dari pencapaian mereka diatas dan usia adik-adik Penulis ini yang tergolong masih muda maka kiranya siapa yang dapat membantah bahwa mereka adalah sosok-sosok yang hebat dan berprestasi. 

Terlepas dari apakah ada sosok kuat dibelakang mereka kemudian mengapa menjadikan mereka sosok terpilih. Menurut Penulis semua itu sah-sah saja dalam ranah apapun selama tidak ada unsur Korupsi, Kolusi, Nepotisme dibelakangnya. Tinggal yang jadi pertanyaan ialah apa kinerja nyata yang mereka kelak hasilkan?

Apakah dari ketujuh sosok millenial Stafsus tersebut memiliki konklusif atau nilai tambah bagi Pemerintah Jokowi. Namanya Anda sudah masuk dalam dunia perpolitikan maka hal itu wajar-wajar saja. Penulis coba utarakan ketika Prabowo berkoalisi dengan Jokowi dan dipilih menjadi Menteri Pertahanan, lantas apakah ada tidak orang yang meragukan bahwa unsur politis melekat disana? Apakah ada tidak orang yang meragukan bahwa keberadaan Prabowo memiliki nilai tambah bagi pemerintahan Jokowi disana? Apakah ada tidak pihak oposisi pemerintah yang lantang bersuara menentang dan demo besar-besaran di jalanan?

Sampai sini tentu kita semua tahu bahwasanya keberadaan ketujuh Stafsus Millenial ini jadi sorotan prihal apa fungsi mereka. Terlebih semenjak tereksposnya surat dari Stafsus Andi Taufan prihal kerja sama sebagai Relawan Desa Lawan Covid-19 yang ditujukan kepada Kecamatan di seluruh wilayah Indonesia sontak seolah-olah jadi amunisi bagi siapa pun pihak-pihak  yang bertentangan dengan pemerintahan Jokowi. Barisan sakit hati pun bersorak-sorai kegirangan karena ada celah untuk mempecundangi pemerintah.

Lalu pertanyaannya apa sih yang sebenarnya terjadi di Istana saat ini berlangsung? Dari kacamata Penulis bahwasanya tidak terjadi apa-apa disana, semua dalam keadaan baik-baik saja. Pemerintah sedang fokus bekerja keras menangani pandemi Coronavirus berikut menghadapi nyinyiran pihak-pihak yang hanya mampu bersuara tanpa banyak berbuat. Mungkin saja Penulis, mungkin saja Anda, dan mungkin bisa siapa saja.

Prihal mundurnya Belva Devara ini pun menurut pandangan Penulis tidak berarti banyak kok. Terlebih apakah punya impact secara langsung kepada kestabilan pemerintahan Jokowi, tidak ada sama sekali. Andaikan mundur, toh tinggal diganti. Andaikan mundur, tinggal dicari lagi sosok muda Indonesia yang berprestasi lainnya. Andaikan tidak ada yang mau, toh tinggal dicari siapa yang mau. Apa dan dimana susahnya sih?

Satu dari sekian jawaban akan keputusan mundurnya Belva Devara yang bisa Penulis simpulkan ialah bahwasanya sosok Belva diakui adalah sosok muda hebat dan berprestasi, namun demikian Belva hanyalah segelintir sosok muda yang belum berpengalaman di betapa kerasnya dunia politik di Indonesia. Dunia politik dimana Anda-anda tidak cukup hanya bermodalkan tampang, jabatan, bahkan prestasi sekalipun. Melainkan dunia politik yang mengharuskan Anda-anda punya tekad, mental baja, dan tahan banting. 

Sebagai penutup, Penulis ucapkan terima kasih Dek Belva atas partisipasinya selama menjabat sebagai Stafsus Presiden. Penulis berpesan, diluar sana tetaplah menjadi sosok membanggakan. Prestasi tidak mewajibkan syarat harus di Istana kok, prestasi bisa dihasilkan kapan dan dimanapun Dek Belva mau raih. 

Hiraukan suara-suara bising di luar sana, mereka yang berisik hanyalah orang-orang yang risih karena tidak mampu mencapai apa yang mereka inginkan. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun