Adamas Belva Syah Devara dari Staf Khusus Presiden Jokowi sontak membuat orang bertanya-tanya apa yang sedang terjadi di Istana?Â
MundurnyaDari penjelasan Belva Devara melalui surat terbuka yang dihimpun oleh awak media, Belva tidak ingin membuat polemik berkepanjangan mengenai beragam asumsi atau persepsi publik terhadap posisinya sebagai Staf Khusus Presiden. Sebagaimana polemik itu tengah berlangsung dan menjadi sorotan, ia tidak ingin polemik tersebut dapat mengakibatkan terpecahnya konsentrasi baik Presiden Jokowi maupun seluruh jajaran pemerintahan dalam upaya menangani pandemi Coronavirus di Indonesia.
Belva pun menerangkan bahwa keterlibatan Ruang Guru dalam program Kartu PraKerja yang diinisiasi oleh pemerintah tidak ada kaitannya atau bentuk keistimewaan terhadap posisi yang ia emban sebelumnya selaku Staf Khusus Presiden. Karena menurutnya dari semua mitra Kartu Prakerja telah melalui proses verifikasi terlebih dahulu sesuai aturan yang berlaku.
Ya sejatinya dari Surat Terbuka yang Belva kemukakan ini dapat memberikan penjelasan akan detail mengapa ia memutuskan untuk mundur dari Staf Khusus Presiden. Namun bagi Penulis pribadi berpandangan mundurnya Belva yang terkesan mendadak ini memberi isyarat lain akan prihal apa yang sedang terjadi di balik layar.
Sebagaimana kita ketahui sejak awal mula Staf Khusus Presiden diperkenalkan langsung secara pribadi oleh Presiden Jokowi dan kemudian dilantik. Tujuh dari tiga belas posisi Stafsus Presiden ini adalah mereka kalangan muda yang digadang-gadang mewakili generasi millenial.Â
Ketujuh sosok muda tersebut diantaranya, CEO dan Founder Creativepreneur Event Creator Putri Indahsari Tanjung, Chief Executive Officer sekaligus Co-Founder Ruang Guru Adamas Belva Syah Devara, Perumus Gerakan Sabang Merauke Ayu Kartika Dewi, Pendiri Thisable Enterprise Angkie Yudistia, peraih beasiswa kuliah di Universitas Oxford Gracia Billy Yosaphat Membrasar, CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra, dan mantan Ketua Umum Pengurus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Aminudin Ma'ruf.
Dari pencapaian mereka diatas dan usia adik-adik Penulis ini yang tergolong masih muda maka kiranya siapa yang dapat membantah bahwa mereka adalah sosok-sosok yang hebat dan berprestasi.Â
Terlepas dari apakah ada sosok kuat dibelakang mereka kemudian mengapa menjadikan mereka sosok terpilih. Menurut Penulis semua itu sah-sah saja dalam ranah apapun selama tidak ada unsur Korupsi, Kolusi, Nepotisme dibelakangnya. Tinggal yang jadi pertanyaan ialah apa kinerja nyata yang mereka kelak hasilkan?
Apakah dari ketujuh sosok millenial Stafsus tersebut memiliki konklusif atau nilai tambah bagi Pemerintah Jokowi. Namanya Anda sudah masuk dalam dunia perpolitikan maka hal itu wajar-wajar saja. Penulis coba utarakan ketika Prabowo berkoalisi dengan Jokowi dan dipilih menjadi Menteri Pertahanan, lantas apakah ada tidak orang yang meragukan bahwa unsur politis melekat disana? Apakah ada tidak orang yang meragukan bahwa keberadaan Prabowo memiliki nilai tambah bagi pemerintahan Jokowi disana? Apakah ada tidak pihak oposisi pemerintah yang lantang bersuara menentang dan demo besar-besaran di jalanan?
Sampai sini tentu kita semua tahu bahwasanya keberadaan ketujuh Stafsus Millenial ini jadi sorotan prihal apa fungsi mereka. Terlebih semenjak tereksposnya surat dari Stafsus Andi Taufan prihal kerja sama sebagai Relawan Desa Lawan Covid-19 yang ditujukan kepada Kecamatan di seluruh wilayah Indonesia sontak seolah-olah jadi amunisi bagi siapa pun pihak-pihak  yang bertentangan dengan pemerintahan Jokowi. Barisan sakit hati pun bersorak-sorai kegirangan karena ada celah untuk mempecundangi pemerintah.
Lalu pertanyaannya apa sih yang sebenarnya terjadi di Istana saat ini berlangsung? Dari kacamata Penulis bahwasanya tidak terjadi apa-apa disana, semua dalam keadaan baik-baik saja. Pemerintah sedang fokus bekerja keras menangani pandemi Coronavirus berikut menghadapi nyinyiran pihak-pihak yang hanya mampu bersuara tanpa banyak berbuat. Mungkin saja Penulis, mungkin saja Anda, dan mungkin bisa siapa saja.