Pademi Coronavirus yang terus meluas dan mengakibatkan jumlah pasien terus bertambah mau tak mau membuat para pemimpin daerah inisiatif bergerak untuk meminimalisir terjadinya penyebaran.
Salah satu kebijakan yang dibuat diantaranya ialah meliburkan kegiatan sekolah para Murid selama beberapa pekan kedepan.Hal ini terpaksa dilakukan, bukan saja untuk melindungi para siswa, namun juga dilakukan untuk melindungi para tenaga pendidik agar tidak terpapar virus.
Agar kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan setempat menganjurkan agar kegiatan belajar dilakukan melalui metode jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi internet.
Dengan begitu baik Guru maupun Murid setidaknya masih dapat berinteraksi dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar walau dengan sarana prasana yang minim.
Sekilas memang kegiatan belajar mengajar dengan metode jarak jauh menjadi solusi jitu mengingat situasi kondisi kegiatan sekolah yang tidak memungkinkan seperti saat ini.
Akan tetapi bilamana ditelaah lebih lanjut metode pembelajaran siswa ini memiliki banyak kendala di dalamnya, diantaranya :
1. Keterbatasan perangkat dan kualitas jaringan.
Satu syarat metode jarak jauh dapat berjalan yaitu ketersediaan perangkat untuk dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar, seperti laptop maupun smartphone.
Untuk beberapa orang tua Murid dari kalangan mampu mungkin hal ini tidak menjadi kendala berarti, namun bagi mereka orang tua Murid dalam keadaan ekonomi pas-pasan maupun memiliki anak banyak dan kesemuanya masih duduk di bangku pendidikan maka kondisi ini cukup menyulitkan keadaan mereka.
Lalu prihal kualitas jaringan. Layaknya Ibukota Jakarta ataupun kota-kota besar lainnya, kualitas jaringan tentu tidak menjadi masalah karena sudah pasti diprioritaskan.
Akan tetapi, bagaimana bagi mereka yang tinggal di topologi daerah yang secara kualitas jaringannya sangat buruk. Lantas pekerjaan rumahnya ialah bagaimana agar kegiatan belajar mengajar metode jarak jauh ini dapat berjalan optimal?