Petang hari banjir di daerah tempat tinggal Penulis sebagian besar sudah surut hanya menyisakan beberapa genangan air di beberapa wilayah. Aliran listrik pun kembali menyala setelah padam sejak jam 4 pagi, sedangkan jaringan data salah satu provider seluler berangsur-angsur normal saat tiba malam.Â
Banjir yang terjadi hari Selasa kemarin sekilas dari pengamatan Penulis yang terbesar selama beberapa kali Jakarta terendam dengan hanya melihat seberapa dampak dari ketinggian airnya.
Namun yang cukup mengagetkan dan di luar perkiraan Penulis yaitu dari informasi di televisi bahwa banjir kemarin itu merupakan banjir lokal dimana murni dari intensitas hujan tinggi yang terjadi di Jakarta saja, bukan karena imbas banjir kiriman maupun air laut yang pasang yang seringkali digaungkan.
Miris akan tetapi mau mengeluh pun bagaimana. Bersyukur tempat tinggal Penulis hanya menyisakan 3 cm lagi hingga air masuk ke dalam rumah.Â
Hal itu belum seberapa dengan penderitaan yang warga sekitar alami dimana tak sedikit yang terendam sejak pagi dini hari. Secara garis besar, Jakarta pada Selasa kemarin lumpuh dimana aktivitas warga terganggu.
Seketika sehabis berkeliling melihat kondisi pasca banjir, Penulis menyalakan televisi untuk mengetahui perkembangan informasi terkini.Â
Saat itu Penulis sedang menyaksikan stasiun televisi TVOne dan pada jeda komersial menginformasikan program tayangan Indonesia Lawyers Club dengan judul "Jakarta Dirudung Banjir, Salahkah Anies?".Â
Penulis menilai judul tersebut menarik untuk disimak, bukan saja membawa materi terkini akan kondisi banjir yang Jakarta alami. Tetapi turut membawa nama Anies dengan harapan Penulis saat itu ia (Anies) hadir sebagai nara sumber dalam acara tersebut.
Sayang sekali dan sedikit mengecewakan sosok Anies Baswedan yang dinantikan berhalangan hadir, dan diwakilkan oleh Sekda Saefullah yang tampil dengan wajah serius.Â
Diskusi dalam program ILC semalam pada akhirnya tidak memuaskan karena hanya memperlihatkan dua kubu yang saling serang dan menyalahkan serta menyerempet hal-hal di luar konteks materi yang sedang dibahas.
Padahal Penulis sangat ingin melihat Anies tampil utuh sebagai Gubernur, tidak sekadar memaparkan segala bentuk usahanya melakukan aksi pasca banjir yang Penulis nilai merupakan sebuah prosedural baku yang wajib semua aparatur lakukan.
Tetapi Penulis ingin melihat bagaimana seorang Gubernur tampil di depan khalayak umum khususnya warga DKI Jakarta yang menyaksikan dengan lugas dalam upayanya meminimalisir terjadinya banjir di Jakarta dan menjawab segala bentuk keraguan yang diarahkan kepadanya.Â
Penulis ingin melihat bagaimana Anies tampil dan terampil dalam memaparkan isi pikirannya pada saat ILC yang lalu dimana membawa tema "Anies di Bully".
Memang tidak ada aturan yang menyatakan bahwa Anies wajib hadir dalam program televisi apa dan di manapun. Namun menurut Penulis, Anies harus bisa menerima konsekuensi selaku pejabat publik bahwasanya tampil di media televisi merupakan bagian yang tidak bisa ia pisahkan dari rutinitasnya.
Dengan tidak hadirnya Anies di ILC semalam seperti memperlihatkan bahwa seorang Anies Baswedan hanya berani tampil di media sosial dan hadangan pertanyaan awak media saja.Â
Entah apakah Anies tidak mempunyai jawaban serta keraguan yang ditujukan kepadanya soal banjir, atau memang Anies enggan memberitahukan solusinya dan menyimpannya untuk senjata pamungkas yang ia butuhkan suatu saat nanti, semisal debat CaGub DKI Jakarta 2022.
Atau mungkin saja Anies lelah dalam arti sebenarnya. Ketika laporan datang prihal informasi banjir sedang melanda Jakarta.
Ia harus segera standby memerintahkan anak buah dan seluruh jajaran untuk bekerja membantu dan mengevakuasi warga korban banjir. Ia lelah karena harus keliling Jakarta mengecek satu persatu kondisi pintu air dan lain sebagainya.Â
Patut diapresiasi, tetapi mungkin saja menjadi petanda bahwa Anies butuh seorang Wakil Gubernur. Dengan begitu itu ia dapat berbagi tugas sehingga lebih fokus dalam bekerja mengatasi permasalahan pokok Ibukota. Semoga saja Jakarta memiliki Wakil Gubernur yang sepadan dan kompeten.
Sebagai penutup Penulis sekadar berpesan kepada Pak Anies Baswedan, mohon jangan hanya mengecek pintu air saja Pak. Tolong awasi kinerja anak buah Bapak dan bukan hanya saat banjir terjadi.Â
Kemudian cobalah Pemprov DKI Jakarta dan seluruh jajaran terkait mendata warganya dengan teliti dan menghampiri mana-mana mereka khususnya para manula dan mereka yang sakit membutuhkan bantuan saat tertimpa banjir.Â
Jangan hanya sekadar menunggu dan menanti laporan, karena dari pengalaman kemarin dengan kondisi mati listrik dan alat komunikasi tidak beroperasi optimal (batere hape habis, telepon rumah tidak berfungsi karena mati listrik) besar kemungkinan ada warga yang tidak terbantukan dan bertanya-tanya apa saja kinerja pemimpinnya.Â
Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H