Akan tetapi di era Anies Baswedan kini ceritanya berbeda. Dikutip melalui laman Kompas.com, dalam sambutannya pada acara rapat kerja daerah (rakerda) DPD Partai Gerindra DKI Jakarta di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Minggu (26/1/2020) Anies menyinggung kebijakan Pemprov DKI era sebelumnya yang melarang takbir keliling menjelang Hari Raya Idul Fitri.
"Dulu takbiran dilarang, sekarang takbiran diizinkan dan di jalan kan,"
Anies berujar, Pemprov DKI mendorong perayaan hari besar keagamaan untuk memastikan Jakarta menjadi rumah dan tempat yang setara bagi masyarakat semua golongan. Seluruh umat beragama bisa sama-sama menyambut hari besar keagamaannya di Jakarta.
Menanggapi pernyataan Anies Baswedan kali ini Penulis mengapresiasi prihal bahwa seluruh umat beragama di Jakarta bisa sama-sama menyambut hari besar keagamaannya. Akan tetapi sebagai seorang Muslim, Penulis pribadi tidak setuju bilamana "tradisi" takbiran keliling terlaksana dengan catatan jauh dari marwah Islamiyah.
Penulis tidak melarang bilamana ada umat Muslim yang lain yang ingin melakukan takbiran keliling secara tertib di Jakarta. Akan tetapi apabila cara takbiran keliling tidak mencerminkan pribadi sebagai Muslim dan hanya merusak citra Islam dengan mempertontonkan ketidakdisiplinan maupun prilaku senonoh di jalanan maka alangkah baiknya niatan takbiran keliling tersebut ditiadakan saja.
Pemprov DKI Jakarta pun seharusnya aware terhadap hal ini, jangan hanya mengizinkan boleh tetapi tanpa ada pengawasan di jalanan. Atau paling tidak, Pemprov DKI Jakarta menganjurkan agar umat Muslim memenuhi Masjid di wilayah sekitar Jakarta seraya bersama-sama melafazkan takbir, bukankan jauh lebih manfaat.
Sebagai Gubernur DKI Jakarta dan seorang Muslim pula, Anies Baswedan seharusnya paham mengenai takbiran ini. Jangan hanya jago berunjar, tetapi pada saatnya nanti lepas tangan dengan apa yang terjadi di lapangan semisal dengan alasan Pemprov DKI Jakarta tidak mungkin bertanggungjawab kepada prilaku pribadi lakukan. Namun perlu diingat, bahwa tugas dan tanggungjawab seorang pemimpin itu yaitu memberitahukan dan mencontohkan mana yang baik dilakukan oleh warganya, tak terkecuali mengawasi mereka.
Sebagai penutup dengan diperbolehkannya kembali takbiran keliling, Penulis mengajak mari kita sebagai umat Muslim mengembalikan marwah Islamiyah dari tradisi takbiran kepada nilai-nilai manfaat didalamnya. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H