Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Joker, Si Psikopat Narsistik

8 Oktober 2019   08:24 Diperbarui: 11 Oktober 2019   23:20 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joker (antihero_style)

Joker adalah simbol perlawanan rakyat terhadap kesenjangan? Penulis pun terheran-heran dengan pernyataan tersebut, apa benar adanya dikarenakan seingat Penulis tokoh Joker yang notabene musuh bebuyutan Dark Night a.k.a Bruce "Batman" Wayne bukanlah sosok yang tergambarkan.

Boleh jadi narasi "simbol perlawanan" tersebut dinilai demikian karena diambil bagaimana ending dari film Joker yang diperankan oleh aktor Joaquin Phoenix. Akan tetapi, setelah Penulis menontonnya justru Penulis malah mendapatkan persepsi yang jauh berbeda.

Menurut Penulis film arahan Todd Philips ini menceritakan alur proses dari sebuah transisi jati diri atau kepribadian dari seorang Arthur Fleck kepada sosok Joker seorang psikopat dan mastermind keonaran di kota Gotham.

"I used to think that my life was a tragedy. But now I realize, it's a comedy"

Arthur sejatinya digambarkan sebagai objek penderita dalam film tersebut dimana dibalik penyakit "pseudobulbar" atau tertawa tanpa sebab, ia juga memiliki catatan gangguan kejiwaan atau penyakit kejiwaan berupa delusi (psikosis atau ketidaksinambungan pemikiran, imajinasi, dan emosi dengan realita) dan narsisme (mencintai dirinya secara berlebihan) yang merupakan turunan sifat (pengaruh) dari kehidupan kelamnya bersama Ibunya.

Hal tersebut sebenarnya secara samar diperlihatkan pada awal film Joker disaat Arthur dan Ibunya sedang menonton sebuah acara talkshow favorit mereka berdua, sekilas Arthur berkhayal ia berada langsung dan dapat berinteraksi dalam talkshow kegemarannya serta ia merasa bahagia tatkala menjadi sorotan. Sedangkan dalam kenyataannya Arthur Fleck diibaratkan sebagai seorang pecundang.

Barulah dipertengahan film Joker ini diperlihatkan dengan detail bahwa sosok Arthur Fleck memiliki masalah kepribadian yang sangat berat, bahkan ia benar-benar lupa bahwa saat masih kecil dan Ibunya pernah mengalami tindak kekerasan oleh pacar Ibunya. 

Pengalaman buruk tersebut nampaknya menimbulkan trauma fatal pada otak Athur Fleck yang kian memperparah kondisinya, seperti halusinasi sosok wanita idamannya yang ternyata reka belaka dari pertemuan tidak sengaja mereka di lift gedung tempat tinggalnya, kemudian shock yang ia alami ketika mengetahui kebenaran akan asal usulnya bahwa ia diadopsi (tidak seperti apa yang Ibunya nyatakan bahwa ia anak dari cinta terlarang Ibunya dengan Thomas Wayne).

Namun pemicu utama transisi kepribadian Arthur Fleck dikala penyakit mentalnya dan nasib hidupnya yang tidak kunjung membaik yaitu peristiwa penembakan di kereta yang ia lakukan. Kejadian itu membangkitkan sisi gelap dalam diri Arthur. Sebagaimana pemberitaan aksinya itu di televisi, Arthur seolah mendapatkan pengakuan dan pembenaran terhadap tindakan keji yang ia lakukan.

Alih-alih kejadian itu kian membuat dirinya semakin tidak terkontrol, ia membunuh Ibunya, ia membunuh rekan kerjanya, dan turut pula membunuh pembawa acara favoritnya. Arthur Fleck secara keseluruhan telah berubah menjadi seorang psikopat atau sosiopat, ia melakukan tindakan keji hanya untuk bersenang-senang.

Tentu mengetahui hal tersebut, banyak orang pun membanding-bandingkan mana kiranya tokoh Joker yang tepat digambarkan, apakah seperti yang diperankan mendiang Heath Ledger ataukah Joaquin Phoenix?

Menurut pandangan Penulis, keduanya punya peran sama baiknya. Hanya saja kita perlu lihat bahwa ada inti cerita yang membedakan keduanya yaitu sosok Batman. 

Mendiang Heath Ledger begitu piawai memerankan tokoh Joker sebagai sosok supervillain yang mampu membuat Batman pusing bukan kepalang. Ia (Joker) psikopat kejam, kelam, licik, manipulatif, tetapi masih dibumbui oleh unsur humoris didalamnya.

Sangat berbeda halnya dengan Joaquin Phoenix dimana tokoh Batman belum ada (hanya Bruce Wayne kecil, lantas apakah Joker yang Batman hadapi seorang copycat?), terlepas dari profesionalitas ia dengan mengurangi secara ekstrem bobot berat badannya tetapi Joaquin memang benar-benar sangat baik membawakan sosok Arthur Fleck dengan penyakit kejiwaan yang dialaminya, ia juga baik memerankan karakter tokoh Joker yang Penulis nilai jauh lebih gelap dikarenakan unsur R pada film (untuk 17 tahun keatas).

Namun demikian narasi bahwa Joker merupakan simbol dari bentuk perlawanan rakyat terhadap kesenjangan Penulis bisa katakan dapat mudah sanggah. Karena dalam film Joker, unsur atau kondisi sosial atau apa yang terjadi di kota Gotham soal kesenjangan tidak digambarkan secara gamblang seperti apanya. 

Tokoh Joker dalam ending film ini lebih kepada sosok yang berupaya memprovokasi publik dengan dalih derita yang dialaminya. Ia ingin orang banyak merasakan perih yang ia alami dan ia ingin orang banyak tahu akan eksistensinya.

Sedikit tambahan, film Joker ini menurut Penulis merupakan sebuah satire dari hukum yang berlaku dimana orang yang mengalami penyakit kejiwaan maka ia bisa lepas dari sanksi pidana. Arkham Asylum atau penjara berikut tempat rehabilitasi hilir mudik para dedengkot musuh-musuh Batman merupakan gambaran betapa rusaknya tata kelola hukum di Gotham City.

Sebagai penutup artikel ini, bahwa perlu diketahui bahwa sosok Joker bukanlah sosok individu yang sedang depresi yang berupaya mengakhiri hidupnya sendiri, melainkan seorang psikopat yang tidak peduli pada apapun dan bebas melakukan apa yang ia kehendaki. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun