Menjadi pemimpin itu melainkan rasa percaya dari bentuk amanah serta tanggungjawab (dunia maupun akhirat) agar Suami mengurus dengan baik dan benar keluarganya.Â
Dalam hal ini berarti nasib dan masa depan keluarga ada pada genggaman Suami sebagai seorang pemimpin. Dan seperti itulah syarat yang agar keluarga dikaruniai rahmat dan ridho Allah subhana wa ta'ala agar menjadi keluarga sakinah, mawaddah, dan warahma.
Baca juga : Serba-serbi Suami Diplomat: Melepas Karir dan Mengurus Rumah Tangga
Anda sebagai sosok Suami yang baik maka insyaallah keluarga akan baik, tetapi sebaliknya jika anda sebagai suami yang lalai atau tidak bertanggungjawab maka sama dengan anda menciptakan bencana kepada keluarga, sebagai gambaran contoh para Suami yang serakah dan menjadi koruptor dimana ia ikut pula menjerumuskan keluarganya dalam kubangan dosa.
Selayaknya seorang Imam yang baik (memenuhi syarat) maka kapasitas dari sosok seorang Suami mau tidak mau harus lebih mumpuni dari siapa yang ia pimpin, terutama soal ahlak dan ilmu.
Tugas menjadi seorang Suami bukan sekadar menafkahi keluarga. Hakikatnya seorang Suami maka ia juga wajib mendidik istrinya agar menjadi pribadi istri yang salelah, begitu pula ia sebagai seorang Suami wajib mengayomi agar anak-anaknya menjadi anak patuh, berbakti kepada orangtuanya, dan menjadi pribadi yang saleh salehah.
Kuncinya sekarang itu ada pada anda sebagai seorang Suami. Menjadi Suami itu berat (tanggungjawabnya) dan tidak mudah, tetapi bukan berarti menjadi Suami yang baik itu mustahil. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H