KPI mengungkapkan bahwa jika ditelusuri bahwa jumlah konten bermasalahan yang diadukan dan diberikan sanksi relatif kecil dibandingkan jumlah belasan ribu tayangan televisi selama satu tahun.Â
Kemudian KPI mendeskripsikan dinamika pertelevisian bahwasanya apa saja yang dituntut oleh masyarakat terhadap perbaikan kualitas pertelevisian nasional perlu juga ditunjang oleh apakah stasiun televisi memiliki kemampuan untuk memproduksinya, sebagai contoh tuntutan prihal program lagu dikhususkan bagi anak-anak maka pertanyaannya apakah lagu-lagu anak sekarang ini eksis?Â
Di sisi lain masyarakat perlu tahu bahwa rating maupun jumlah penonton sangatlah mempengaruhi. KPI memberikan gambaran data program tayangan religi yang muatannya murni positif justru memiliki rating dan jumlah penonton sedikit, sebaliknya program tayangan yang menyertakan gimmic didalamnya justru memiliki rating dan jumlah penonton yang banyak.Â
Oleh karena itu KPI menyimpulkan bahwa masyarakat disini pun perlu cerdas menyaring mana kiranya konten yang baik dan mana yang buruk, secara bersamaan KPI akan siap dan sigap melakukan tugasnya mengawasi kualitas pertelevisian dan turut membina stasiun televisi agar memproduksi program tayangan yang sehat.
KPI juga menghimbau kepada masyarakat yang mengadu apabila menemukan konten yang dinilai bermasalah maka untuk sedianya mengisi secara lengkap informasi aduan sehingga KPI dapat segera menindaklanjutinya.
Jangan hanya sekadar mengadukan hanya apa yang viral di media sosial saja, tetapi masyarakat perlu juga mengawasi gerak gerik tayangan di televisi untuk tahu betul apa bentuk hal-hal yang dilanggar.
Ketidakikutsertaan pihak stasiun televisi dalam acara ini pun seolah diskusi antara KPI dan para warga menjadi tidak berarti sama sekali. Dari alotnya sikap pendirian KPI dan tuntutan warga yang menginginkan adanya perbaikan kualitas pertelevisian nasional bahwa ada satu yang nihil disini yaitu dimana tanggungjawab selaku stasiun televisi?
Sangat disayangkan seandainya perwakilan pihak stasiun televisi dihadirkan tentu mereka tidak hanya dapat mengetahui realita dari dampak buruknya konten yang mereka produksi tetapi juga melihat dengan mata kepala sendiri kegeraman para warga yang terpancar dari raut wajah mereka.
"Buruknya kualitas pertelevisian nasional merupakan masalah kita bersama"
Sebagai penutup artikel ini, dari acara "KPI Jumpa Warganet" kiranya ada satu poin didapat yaitu "niat baik" dari cita-cita bersama KPI maupun warga yang menginginkan perbaikan kualitas pertelevisian nasional.
Buruknya kualitas pertelevisian merupakan masalah kita bersama, tidak hanya KPI sebagai pengawas, tidak hanya masyarakat yang harus cerdas, begitupun peran dan tanggungjawab stasiun televisi maupun peran serta pengiklan selektif dalam memilih program tayangan berkualitas.Â