Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hakikat Pancing dan Kail dalam Menanggapi Kesusahan Orang Lain

15 Oktober 2018   07:16 Diperbarui: 16 Oktober 2018   12:54 1471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berusaha Menjemput Rezeki (pixabay)

Pernahkan Anda memperhatikan hal ini di media sosial, ketika teman anda mempublikasi kehidupan orang lain yang menurut deskripsi berikut disertakan beberapa foto bahwa kondisinya memprihatinkan berikut imbauan untuk sekadar memberi bantuan. 

Semisal si A sehari-harinya merupakan seorang pedagang tahu gejrot dan mangkal di jalan BCD, kondisi beliau tua dan renta. Walau kalian tidak lapar, apabila kalian menemuinya di jalan hendaklah membeli dagangannya untuk membantunya.

Jujur sejujur-jujurnya, postingan media sosial seperti di atas Penulis sangat tidak sukai.

Entah mengapa di era zaman now ini, banyak individu yang kurang bijak dalam hal bermedsos. Ketimbang memposting hal-hal yang bermanfaat maupun informatif justru kini medsos dihiasi oleh informasi-informasi kurang etis seperti tadi.

Memang, dengan medsos impact dari sebuah informasi dapat besar dan luas. Mohon maaf sebelumnya, tetapi jika dinalar secara logika apakah postingan semacam itu akan berdampak banyak kepada si "A" itu? 

Mari kita bersama berpikir apakah hidup si A langsung 180 derajat berubah dengan adanya postingan tersebut? Apakah Anda yakin bahwa orang lain benar-benar memperhatikan postingan dadakan Anda itu? Apakah Anda yakin orang lain atau teman-teman Anda di medsos hidup atau berada di sekitaran lokasi yang dimaksud?

Sebelum Anda sewot dengan bagaimana cara pandang Penulis, sedikit Penulis ingin bercerita sebuah kisah bijak dalam menanggapi kesusahan yang orang lain alami.

Alkisah suatu hari si Fulan usai berdagang dan hendak pulang. Ketika si Fulan berjalan pulang ke rumahnya, si Fulan menemui seorang fakir yang mengemis bantuan untuk membeli makanan.

Tanpa panjang lebar si Fulan memberikan beberapa dinar kepada si fakir itu, dan kejadian tersebut pun berulang di hari-hari berikutnya.

Hingga pada suatu ketika si fakir tersebut kembali mengemis kepada si Fulan, akan tetapi si Fulan tak memberinya dinar, tetapi ia memberikan pancing dan kail agar si fakir berusaha mencari rezeki.

Dari kisah di atas, kita bersama bisa amati bagaimana si Fulan menyingkapi kesusahan orang lain. Si fulan tidak segan dalam menolong orang, tetapi si Fulan pun tak ridho apabila orang lain terus-menerus mengemis meminta pertolongan. 

Si Fulan berpikir apa artinya dinar yang ia berikan kepada si fakir? Si fakir mungkin saja terbantukan pada saat itu (saja), tetapi dikeesokan harinya si fakir akan terus mengemis dan kehidupannya takkan berubah.

Akan beda ceritanya apabila si Fulan memberikan si fakir itu pancing dan kail di mana si fakir dapat berusaha mencari ikan agar ia jual dan hasilnya guna membeli kebutuhan hidupnya.

"Kesusahan kok dipublikasi, kenapa tidak Anda sekalian buatkan selebaran saja atau buatkan iklan di televisi biar semua orang melihatnya. Zaman boleh berganti, tetapi caranya enggak begitu juga keles".

Di satu sisi Anda sebagai pribadi mungkin merasa apa yang anda lakukan benar (mempublikasi kesusahan orang) dan ada beberapa gambaran yang impact-nya benar-benar terjadi (viral dan mengundang simpati orang lain). Tetapi apakah Anda juga memikirkan apa yang ada di benak orang lain yang Anda katakan susah itu? 

Karena bisa saja si A belum tentu berterima kasih atas publikasi yang anda lakukan. Mungkin saja ia malah-marah kepada Anda kalau tahu Anda mempublikasi tanpa seizinnya.

Mungkin juga ia akan marah karena sebenarnya ia masih mampu berusaha, justru postingan Anda malah mendiskreditkan dirinya seolah mengemis bantuan orang lain. 

Dan segelintir hal dibelakangnya yang belum tentu anda ketahui semuanya, semisal apakah anda tahu di waktu tua dan renta nanti bahwa tanpa kesibukan itu hidup terasa sangatlah membosankan.

Jadi hakikatnya dalam menanggapi kesusahan orang lain kita harus berpikir layaknya memberi pancing dan kail. Kalau anda berpikir mempublikasi di medsos sebagai cara bagaimana anda memberi pancing dan kail, maka anda salah kaprah! Jika anda mau membantu orang yang dimaksud, lakukan dengan elok dan bijak bukan menyebarkannya tanpa jalan keluar atau sekadar solusi singkat. 

Anda bisa turun langsung membantunya atau anda bisa mengontak pihak lain yang potensial membantu keinginan anda memberikan pertolongan maupun ikut peduli. Mari bijak dan pandai-pandailah dalam bermedsos. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun