Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hijrah, Evaluasi Diri, dan Sekitar

19 September 2018   09:42 Diperbarui: 19 September 2018   11:02 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sidrehmani.blogspot.com

Apa yang dimaksud dengan hijrah? Sebelum mengulasnya lebih dalam Penulis ingin tanyakan apakah anda mengetahui kisah yang diriwayatkan oleh Abu Sa'id Sa'ad bin Malik bin Sinaan Al Khudri radhiyallahu 'anhu mengenai seseorang yang telah membunuh 100 orang dan berkeinginan bertaubat hingga menimbulkan perselisihan antara malaikat rahmat dan adzab.

Bagi anda yang seorang Muslim, Penulis yakini anda pernah mendengar kisah itu ketika tiba Tahun Baru Islam dalam memperingati peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari kota Mekkah ke Madinah pada 622 Masehi. Dalam kisah tersebut terkandung banyak pesan yang kita bisa dapatkan, salah satunya ialah bahwa  pintu ampunan Allah Maha Luas. Sebesar apapun dosa manusia maka Allah akan ampuni apabila manusia berkeinginan untuk bertaubat.

Merujuk pada kisah diatas ada hal yang ingin Penulis sampaikan mengenai makna dari hijrah. Hijrah dalam konotasi umum berarti berpindah dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik. Namun makna "berpindah" ini jangan sekadar diartikan layaknya anda tamasya ke luar negeri.

Hijrah memiliki makna idiom yang sangat luas sebagaimana dikutip dari Buletin Da'wah: "Memelihara Semangat Hijrah" yaitu dari yang buruk kepada yang lebih baik, dari yang baik kepada yang lebih baik, dari kebodohan menuju berilmu, dari maksiat menuju taat, dari dosa menuju taubat, dari dusta menuju kejujuran, dari khianat menuju amanat, dan seterusnya.

Pada hakikatnya seseorang yang berniat untuk hijrah memiliki keinginan agar dirinya menjadi baik dan lebih baik lagi. Pertanyaannya adalah "bagaimana"?

Secara logika untuk mencapai sesuatu maka terlebih dahulu ada langkah-langkah yang perlu dilakukan, tak terkecuali menjadi pribadi yang "baik" maka sudah tentu ada kiat-kiat khusus. 

Acapkali apabila menyangkut pribadi atau diri anda maka seseorang akan berpandangan kesemuanya menyangkut apa yang pribadinya lakukan dan meniadakan unsur-unsur lain disekitarnya, akan tetapi tidak berkenaan dengan hijrah. Karena hijrah untuk menjadi lebih baik maka pribadi juga perlu mengevaluasi apa yang ada disekitarnya termasuk dalam memilih teman pergaulan dan Guru.

Mungkin tak sedikit yang berpandangan sudah baik dalam memilih teman pergaulan atau telah memiliki guru yang berilmu, mengacu kepada kalimat "bergaul dengan siapa saja" seringkali menjadi batu sandungan yang berimbas kepada penilaian "tanpa pandang bulu bahwa semua manusia itu baik". 

Pemikiran inilah yang kerap membelenggu (merasa puas diri dan tidak mau berkembang) manusia untuk menjadi baik bahkan dapat pula menjerumuskan manusia dalam kubangan keburukan.

Memilih teman pergaulan bukan berarti mengekang kepada siapa anda berteman, melainkan suatu upaya agar pribadi lebih selektif dalam memilah mana orang-orang yang "manfaat" dan mana yang tidak. Hal ini bukan sekadar untuk memuluskan niatan pribadi untuk menjadi baik tetapi juga dapat menghindarkan pribadi dari hal-hal yang buruk.

Lantas seperti apa teman yang baik itu? Ketika anda ingin menjadi baik dan lebih baik lagi maka perhatikan seksama ahlak pribadi yang anda ajak berteman dan lingkungannya. Dua poin ini menjadi penting tatkala ahlak baik seseorang tercermin dari sikap dan sifatnya baik hubungan dengan manusia maupun dengan Allah SWT.

Teman yang baik ibarat penjual minyak wangi dimana anda akan mendapat manfaat bahkan hanya sekadar mengenalnya dan anda pribadi termotivasi untuk menjadi lebih baik, sedangkan teman yang tidak baik ibarat pandai besi dimana hanya menimbulkan masalah, tidak ada manfaat yang didapat, dan menjerumuskan diri anda.

Dan anda perlu ketahui bahwa kedua tipe ini dipisahkan oleh lingkungan, orang-orang baik hanya ada di tempat-tempat yang baik, begitupun sebaliknya.

Kemudian hal yang perlu dievaluasi adalah memilih Guru. Layaknya seorang atlit, menjadi baik atau berprestasi butuh kerja keras dan perlu didukung oleh seorang pelatih yang handal. Dalam menjadikan pribadi baik pun demikian adanya, anda butuh panutan atau contoh teladan yang bisa anda tiru kebaikan-kebaikannya dan bisa anda serap ilmu-ilmu yang diberikannya.

Jangan asal dalam memilih Guru, karena bila anda salah dalam memilihnya maka pribadi dapat kehilangan arah dalam kesesatan dan memungkinkan pribadi turut menjerumuskan orang-orang yang anda cintai maupun orang lain kedalamnya.

Sekiranya hal diatas yang Penulis dapat bagikan prihal hijrah. Menjadi lebih baik bukan sekadar niat tetapi juga butuh evaluasi mendalam baik sisi intern maupun ekstern, interopeksi diri apakah pribadi saya sudah baik, apakah teman-teman saya sudah baik, apakah saya sudah mendapatkan Guru yang baik, dan apakah saya berada di lingkungan yang baik, serta apakah hubungan saya dengan Allah SWT sudah baik.

Menjadi baik butuh tekad dan usaha terus menerus, menjadi baik perlu proses karena tidak ada istilah keimanan yang serba instant. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun