Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna dan Letak Kebahagiaan

17 September 2018   11:48 Diperbarui: 17 September 2018   14:24 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada kalimat yang mengatakan "uang dapat membeli segalanya", benarkah demikian? Pada hakikatnya uang diciptakan manusia sebagai alat tukar guna menggantikan sistem barter yang telah dikenal oleh manusia pada zaman dulu.

Di era modern sekarang, dirangkum melalui Wikipedia uang secara umum didefinisikan sebagai alat tukar sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya berikut dapat juga dipergunakan untuk pembayaran hutang.

Uang sebagaimana wujud dan rupanya tetap memiliki "keterbatasan" mengikuti manusia sebagai mahluk yang menciptakannya, uang tidak dapat menggantikan nyawa, uang tidak sepadan dengan sehat, dan satu hal lagi uang tidak bisa membeli kebahagiaan.

Ketika anda kehilangan orang tercinta maka uang tak dapat menggantikan ketiadaan dari orang tersebut, pada saat anda menderita sakit maka uang tidak serta merta dapat membuat seketika anda kembali sehat, dan kebahagiaan tidak dapat dihitung dengan banyaknya uang.

Berkaitan dengan uang, acapkali terungkap pemikiran yang menyatakan bahwa hidup betaburkan uang, harta, ataupun materi maka menjamin kebahagiaan. Oleh karena itu tidak jarang banyak manusia yang menghabiskan waktu demi waktunya hanya untuk mencari dan mengumpulkan uang demi mencapai kebahagiaan semu yang pribadi harapkan.

Akan tetapi disitulah timbul antiklimaks dimana wujud kebahagiaan yang pribadi harapkan menjadi absurd, manusia cenderung menjadi budak dunia yang lupa akan segalanya.

Lantas apa makna kebahagiaan sebenarnya dan tepatnya dimanakah kebahagiaan itu berada?

Merujuk kepada makna kebahagiaan sebenarnya sangatlah sederhana yaitu suatu keadaan dimana pribadi merasakan senang disertai hati damai tanpa pengecualian. Kebahagiaan tidak serta merta hanya berkutit dengan uang, sebagai gambaran fenomena klakson telolet bus yang digemari anak-anak kala itu. 

Tentu anda bertanya-tanya mengapa anak-anak dapat begitu riang gembira hanya menanti bus yang lewat dan membunyikan klaksonnya? Karena dunia anak-anak meliputi masa bersenang-senang dan bermain, hidup mereka tak sekompleks dunia orang dewasa yang disertai ujian-ujian kehidupan. Dengan begitu anak-anak mampu menyaring dan mentransformasikan makna dari kebahagiaan dengan leluasa. 

Lalu apakah orang dewasa tidak mampu melakukan hal serupa? Pada kenyataannya bisa, menjawab pertanyaan sebelumnya dikarenakan kebahagiaan itu wujud letaknya dalam pikiran manusia.

Seiring umur bertambah diikuti dengan kompleksitas kehidupan pada hakikatnya manusia dewasa didukung dengan kemampuan menyelesaikan permasalahan (problem solve) yang sangat baik, tak terkecuali dalam memaknai arti dari kebahagiaan.

Sebagai contoh, apa yang bisa dibeli dengan uang Rp.100.000,-? Mungkin sebagian orang akan mengatakan uang segitu tidak dapat membeli apa-apa, namun hal berbeda menurut penulis dikarenakan anda bisa membeli 1Kg gula pasir, 2 liter minyak goreng, dan beberapa pernak pernik kebutuhan hidup sehari-hari lainnya atau berikan saja uang tersebut kepada anak anda atau orang lain yang membutuhkan dan amati seksama bagaimana senangnya mereka. 

Jadi pada kesimpulannya kebahagiaan itu tergantung kepada bagaimana manusia menafsirkan bagaimana sesuatu yang kecil menjadi sesuatu yang besar, bukan sebaliknya. Semakin anda menghargai nikmat Allah yang anda rasakan maka dengan begitu anda akan mudah menafsirkan kebahagiaan dan kehidupan anda akan diliputi oleh kebahagiaan serta hati yang damai.

Sebaliknya jika anda acap kali mengecilkan nikmat yang Allah berikan maka kehidupan anda kerap kali berkecimpung dengan kesusahan dan masalah disertai hati yang tak pernah tenang.

Jadi kebahagiaan itu sangatlah sederhana, mulailah dengan menghargai hal-hal dalam diri dan sekitar. Layaknya pepatah menabung sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, semakin banyak hal-hal kecil yang anda syukuri maka anda akan menemukan bagaimana mencapai kebahagiaan yang hakiki yaitu kebahagiaan yang Allah ridhoi.

Demikian artikel penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun