Buku ini bukan hanya bercerita tentang kehidupan mahasiswa di kampus yang notabene kuliah, berorganisasi, dan berdemonstrasi di jalanan. Ada nilai moral yang disajikan begitu apik, dan jauh lebih baik, jika dicontoh Mahasiswa Indonesia
Siapa yang tidak tahu novel yang berjudul Klandestin? Novel ini telah dibaca hingga 500 ribu kali di Wattpad. Sebuah platform kepenulisan online yang biasa dikenal dengan dunia orange bagi penggemarnya, dan cerita bersambung di platform tersebut kini sudah menjadi novel yang diterbitkan secara cetak dengan judul yang sama. Klandestin adalah salah satu dari beberapa buku yang ditulis oleh Lovita Martafabela Cendana. Seorang alumnus Universitas Airlangga, jurusan Sastra Indonesia.
Klandestin adalah novel dengan subgenre fiksi remaja yang dibalut dengan misteri yang diterbitkan oleh penerbit Bintang Media pada tahun 2016 dengan jumlah 536 halaman. Novel yang kisah di dalamnya ditulis dengan balutan teka-teki begitu apik.
Sinopsis
Novel ini menceritakan dua tokoh utama dengan penceritaannya menggunakan sudut pandang orang pertama (aku)—Nirbita Arunika (tokoh utama perempuan) dan Anarki atau Nala (tokoh utama laki-laki)—yang selang-seling.
Nirbita Arunika adalah mahasiswi Sastra Indonesia. Perempuan yang bertalenta, boleh dikatakan serba bisa dan jenius [dia seorang penulis puisi, cerpen, berita; fotografi; bisa memainkan alat musik entah berapa banyak] yang dipertemukan mahasiswa provokator demonstrasi playboy bernama Nala Anarki Renoir [setengah bule keturunan Prancis-Indonesia yang gak pernah ngerjain skripsi] pada semua demo di Jl. Tunjungan. Hingga mereka terjebak dalam skandal kejahatan terselubung politikus dalang pembunuhan Lentera Dewi, akibat dari tulisan-tulisan Nirbita yang bernama pena Padang Bulan.Â
Bersama-sama, Nirbita dan Nala harus mengungkap kejahatan sang politikus ke media dan berusaha tetap hidup dengan menghindari pembunuh stalker si anonim yang selalu datang dengan topeng porselen mengerikannya yang dianggap sebagai anak buah sang politikus yang disebut "Big Rat"
Kelebihan
Untuk jenis novel remaja sejenisnya. Saya merasa novel Klandestin ini perlu diapresiasi. Atau lebih tepatnya LM. Cendana sebagai penulis buku ini. Penyampaian alur dalam ceritanya terasa mengalir dan menarik. Tidak membosankan.Â
Apalagi tema yang diangkat adalah tema pembunuhan yang melibatkan unsur politik di dalamnya sangat mencerminkan kehidupan di Indonesia saat ini. Di mana kekuasaan dan uang, bisa menentukan keadilan. Namun, bagaimana terjelaskan, jika keadilan yang hakiki adalah memberikan hak-hak setiap dari individu yang terlibat, tanpa ada unsur pendukung keberpihakan. Dan karena ini karya sastra, maka, tentu karya sastra adalah tiruan dari kenyataan yang diungkapkan kembali dengan proses kreatif pengarang. Dan saya merasa LM. Cendana telah sukses menciptakannya.Â
Secara penyampaian, penulis mampu memberikan penggambaran yang baik melalui naras-narasinya. Narasi dan dialog yang selaras dan secara ide, penulis yang memadukan antara penyelidikan pembunuhan dengan dunia fantasi cukup menarik. Plot-nya juga cukup sulit ditebak akhirnya.
Kelebihan lain dari buku ini adalah isinya yang begitu sarat akan nilai. Buku ini bukan hanya bercerita tentang kehidupan mahasiswa di kampus yang notabene kuliah, berorganisasi, dan berdemonstrasi di jalanan.Â
Ada nilai moral yang disajikan begitu apik, dan jauh lebih baik, jika dicontoh Mahasiswa Indonesia. Seperti ketegasan dalam menegakkan keadilan, pantang menyerah, dan kerjasama dalam menyelami licinnya dunia politik.
Kekurangan
Buku ini terlalu tebal namun tak selesai. Setelah dituntaskan, ternyata kisah di dalam terpotong hingga untuk menentukan lanjutannya seperti apa, pembaca harus membaca sekuelnya. Hal ini menurut saya terlalu dirumit-rumitkan sehingga, pembaca akan bosan ke depannya. Apalagi bukunya cukup tebal.
Dari segi fisik saya tidak terlalu suka. Penggunaan lemnya kurang baik dan kertas sampulnya tipis dan apabila terlekuk akan membuat buku menjadi cepat rusak. Selain itu, dalam cerita juga banyak keganjalan-keganjalan yang menurut saya aneh.Â
Pertama, diperkotaan dengan apartemen yang tinggi, Anarki mampu mendengar cicit burung, bisa jadi ada bisa jadi tidak. Apalagi ini kota besar dengan bangunan bertingkat-tingkat. Selain itu, penggunaan bahasa asing dalam cerita yang tidak diterangkan artinya membuat kita kadang tidak mengerti apa maksudnya* (*ss).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H