Mohon tunggu...
Sansam Maulana
Sansam Maulana Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Penikmat karya Dewi Lestari dan Dan Brown. Basket, kopi, dan film adalah hal lainnya yang digemari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi SAHA: Pembelajaran Berbasis Literasi

30 Mei 2024   07:00 Diperbarui: 30 Mei 2024   22:56 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber; Dokumen Pribadi)

Membaca merupakan sebuah keterampilan sangat penting dalam proses pembelajaran, terkhusus bahasa. Seseorang yang menyukai kegiatan membaca akan mendapatkan keuntungan. Mereka dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman, menambah kosakata, bahkan mampu memahami setiap isi wacana yang dipelajarinya. Stoller (2013) menyatakan bahwa membaca pemahaman merupakan tujuan utama dari membaca itu sendiri.  Pada dasarnya juga, keterampilan membaca pemahaman ini merupakan produk dari berbagai keterampilan yang dilakukan pembaca untuk membangun makna teks dengan mudah dan benar. 

Karena sebuah keterampilan, kemampuan membaca pemhaman dapat dilatih.  Artinya, kemampuan membaca pemahaman dapat diasah/dilatih dengan berbagai strategi atau metode.  Ada beberapa startegi atau metode yang bisa dipilih para guru dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman mereka. Salah satu strategi membaca pemahaman itu adalah strategi SAHA. Strategi SAHA ini merupakan kependekan dari Siapa tokohnya?, Apa tujuannya?, Hambatannya apa?, dan Akhir ceritanya. 

Strategi SAHA ini merupakan alternatif strategi untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman, khususnya menyimpulkan isi bacaan atau dikenal meringkas. Kemampuan meringkas sangat penting untuk meningkatkan keterampilan membaca seseorang. Kemampuan meringkas ini mendorong siswa untuk melakukan kombinasi berbagai sub-keterampilan membaca, seperti memahami ide pokok, informasi pendukung, membuat simpulan, bahkan mengidentifikasi dan menganalisis struktur sebuah teks. 

Dikutip dari Joyo (2018) dan berdasarkan berbagai sumber, dapat disimpulkan bahwa salah satu karakteristik pembelajaran yang menerapkan strategi literasi yang dapat mengembangkan kemampuan membaca (pemahaman) siswa adalah pemantauan pemahaman teks (siswa merekam pemahamannya sebelum, ketika, dan setelah membaca) dan  meringkas isi teks/bacaan. Dengan kata lain, melatih siswa untuk mampu meringkas isi teks dengan baik adalah salah satu unsur dalam pembelajaran berbasis literasi. Keterampilan meringkas ini dapa membantu para siswa menjadi pembaca terampil.

Strategi membaca SAHA ini hasil modifikasi penulis dari strategi pembelajaran Somebody-Wanted-But-So (SWBS) milik Prezler (2006), seperti halnya strategi membaca 5W+1H yang dimodifikasi menjadi Strategi Membaca Adiksimba. Strategi SAHA ini digunakan dalam proses pembelajaran membaca pemahaman dengan berbasis teks naratif (cerita). Artinya, strategi ini cocok sekali untuk pembelajaran dengan bahan ajar berbasis teks naratif, seperti dongeng, cerpen, novel, bahkan drama. 

Sesuai singkatannya, strategi SAHA terdiri atas 4 langkah kegiatan atau aktivitas. 

Pertama, setelah membaca teksnya (tahap mengamati/observasi), siswa diminta untuk menentukan siapa tokoh utama dalam cerita/teks tersebut. Kedua, siswa diminta untuk menentukan tujuan utama yang ingin dicapai tokoh utama dalam cerita tersebut. Ketiga, siswa menentukan hambatan yang ditemukan/dialami tokoh utama untuk mencapai tujuannya (biasanya berupa konflik). Keempat, siswa menentukan akhir cerita yang dialami tokoh utama dalam cerita. Kelima, para siswa mulai merangkai/menyusun dan menuliskan ringkasan cerita berdasarkan keempat langkah sebelumnya. Dalam hal ini, siswa hanya menyatukan setiap kalimat pada langkah 1-4 dengan bantuan konjungsi yang tepat. 

Sebagai contoh, berikut penerapan strategi SAHA dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks naratif (dongeng).

(Sumber; Dokumen Pribadi)
(Sumber; Dokumen Pribadi)

Setelah menganalisis bagian dari teks cerita (berkaitan dengan unsur intrinsik) dalam kolom SAHA seperti di atas, siswa diminta untuk meringkas atau menulis kembali ceritanya berdasarkan hasil analisis tersebut dengan disertai penggunaan konjungsi. Berikut contohnya.

(Sumber; Dokumen Pribadi)
(Sumber; Dokumen Pribadi)

Tentunya setelah semua langkah strategi SAHA tersebut dilakukan, proses pembelajaran tidak sampai di sana. Yang tidak kalah pentingnya, siswa mampu mengomunikasikan hasil kerjanya kepada siswa lain atau gurunya secara lisan.

Perlu diingat bahwa keterampilan membaca pemahaman sebagai sebuah keterampilan membaca yang kompleks dan terintegrasi dan tujuan utama pengajaran membaca. Artinya, proses pembelajaran membaca pemahaman tidak hanya sampai tahap literat (memahami informasi faktual sebuah teks) dan inferensial (menyimpulkan), tetapi sampai tahap paling tinggi, yaitu pemahaman kritis. Pada tahap akhir itu, pembaca (siswa) diminta memberikan penilaian terhadap apa yang telah mereka baca, seperti mengevaluasi sudut pandang penulis dan/atau merefleksi pendapat yang telah disajikan. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran membaca pemahaman ini, siswa belajar untuk merencanakan, memantau, dan mengevaluasi keterampilan membaca mereka sendiri sebelum, selama, dan setelah membaca.

Strategi SAHA ini dapat menjadi alternatif pembelajaran berbasis literasi pada jenjang SMP ataupun SMA/K. Melalui strategi ini pun, siswa akan terbantu untuk memahami isi bacaan yang telah dibaca dengan mudah. Selain itu, strategi membaca ini pun dapat membantu siswa dalam memahami dan mengidentifikasi unsur pembangun atau struktur dari teks itu sendiri. 

Di sisi lain, strategi ini hanya cocok digunakan jika bahan ajar bacaan (teks) bergenre naratif. Hal ini disebabkan penerapan strategi membaca ini memerlukan unsur tokoh dan alur dalam isi teksnya. Namun, sejauh penulis menerapkan atau menggunakannya, strategi SAHA ini dapat digunakan juga pada teks yang bergenre rekon, seperti teks biografi.

Dengan mempertimbangkan pentingnya keterampilan membaca, pembelajaran berbasis literasi di kelas sangat penting. Kegiatan literasi tersebut sebaiknya memberikan arti bagi para siswa. Dengan kata lain, proses pembelajaran berbasis literasi sebaiknya tidak hanya berfokus pada bacaan, tetapi dilakukan dengan berbagi variasi kegiatan belajar dengan metode. Ketika mereka menemukan kenikmatan/kesenangan atau memberikan keuntungan untuk mereka, motivasi mereka akan bertambah. Dengan begitu, proses pembelajaran pun akan memberikan makna tersendiri pada para siswa. Jadi, membaca tanpa metode, walaupun mungkin bagus, hasilnya tidak akan sebagus membaca dengan menggunakan metode atau strategi tertentu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun