Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi antara dua pihak ataupun lebih. Komunikasi yang dilakukan bisa bersifat menyembuhkan atau justru malah menimbulkan penyakit. Seorang konselor harus memiliki ketrampilan komunikasi yang baik dan bersifat menyembuhkan. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai komunikasi terapeutik.
Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Stuart, 1998)
Tujuan komunikasi terapeutik :
1.Realisasi diri, penerimaan diri dan rasa hormat pada diri sendiri.
2.Identitas diri yang jelas dan integritas diri yang tinggi.
3.Kemampuan membina hubungan interpersonal yang intim, saling tergantung dan mencintai.
4.Peningkatan fungsi dan kemampuan yang memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistis.
Ciri-ciri pribadi terapeutik :
1.Congruence
“Menunjukkan diri sendiri” sebagaimana adanya dan yang sesungguhnya, berpenampilan secara terus terang, ada kesesuaian antara apa yang dikomunikasikan secara verbal dengan yang non verbal.
2.Unconditional positive regard
Sebagai sikap hangat, positif menerima serta menghargai orang lain sebagai pribadi, tanpa mengharapkan adanya pujian bagi dirinya sendiri.
3.Empati
Memahami orang lain berdasarkan kerangka persepsi dan perasaan orang lain tersebut.
Syarat-syarat komunikasi terapeutik :
1.Hadir dalam percakapan, yakni terlibatnya aspek fisik, mental, dan intelektual individu.
2.Mendengarkan secara aktif dengan melibatkan perasaan dan hati. Jika ada seseorang yang sedang berbicara dengarkan terlebih dulu dan jangan tergesa untuk langsung berkomentar.
3.Empati, yakni kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain (pemberi pesan) berdasar perspektif pemberi pesan tersebut.
Sikap yang harus dihindari :
1.Comparing, membandingkan diri dengan orang lain.
2.Mind read, mencoba membaca pikiran apa yang ada dalam diri orang lain.
3.Planning, merencanakan argumen atau cerita yang akan dikatakan selanjutnya.
4.Filtering, hanya mendengar topik yang diminati.
5.Judging, memberikan penilaian dengan pernyataan seperti : bodoh, lemah, aneh dan label-label negatif lainnya.
6.Kerap mengingat pengalaman sendiri, tidak mengindahkan penutur.
7.Sibuk mendaftar saran-saran yang akan diberikan sebelum penutur selesai dengan cerita mereka.
8.Mengarah pada bentuk percakapan intelek dan larut dalam perdebatan yang berorientasi mengalahkan lawan bicara.
9.Mempercayai bahwa diri individu yang benar sehingga meyakini bahwa dialah yang seharusnya didengarkan.
10.Dengan cepat mengganti topik pembicaraan atau tertawa ketika penutur bercerita dengan serius.
11.Berlebihan dalam menentramkan, misalnya “engkau benar, tentu saja. Saya setuju! Benar! Saya setuju!”
Tingkatan pelayanan konseling :
1.Pragmatik
Menggunakan cara-cara yang menurut pengalaman konselor dianggap memberikan hasil yang optimal, tidak berdasarkan pada teori tertentu. Praktik dengan menggunakan logika tanpa teori yang jelas.
2.Dogmatik
Menggunakan pendekatan tertentu, pendekatan tersebut dijadikan dogma. Siapapun kliennya dan apapun permasalahannya digunakan pendekatan yang telah dijadikan dogma. Dinilai kurang tepat karena masalah setiap individu berbeda dan teori mempunyai keterbatasan.
3.Sinkretik
Menggunakan sejumlah pendekatan konseling, namun bercampur aduk tanpa pertimbangan, sekedar ambil.
4.Eklektik
Memiliki pemahaman yang mendalam terhadap pendekatan, memahami kapan menggunakan atau tidak menggunakan pendekatan konseling tertentu.
5.Mempribadi
Menguasai sejumlah pendekatan konseling beserta teknologinya, mampu memilih dan menerapkan secara tepat pendekatan beserta teknologinya untuk menangani permasalahan klien. Konselor mampu memberi warna pribadi yang khas sehingga tercipta praktik konseling yang benar-benar ilmiah, tepat guna, produktif, dan unik.
Keberhasilan proses konseling tergantung pada 70% kolaborasi antar konselor dan konseling, serta 30% nya melalui teknik konseling yang dilakukan. Walaupun peran teknik konseling hanya 30% dari keseluruhan. Namun, sebagai konselor harus memahami teknik-teknik yang harus dilakukan sebelum memulai konseling. Konselor harus mengetahui kondisi konseling dan segala permasalahannya agar dapat memberikan treatment yang tepat. Konselor juga harus melakukan penilaian terhadap konseling, kondisi sebelum dan sesudah treatment apakah ada perubahan atau tidak. Konselor tidak boleh memberikan saran dalam pengambilan keputusan konseling, konselor cukup memberikan informasi yang sesuai dengan permasalahan yang dialami konseling dan biarkan konseling untuk mengambil keputusan terhadap masalah yang dialaminya. Dengan memahami teknik-teknik sebelum melakukan konseling, dan juga penerapan komunikasi terapeutik diharapkan proses konseling bisa berjalan dengan tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H