Pihak yang membela Gus Miftah menilai bahwa banyak orang yang tidak memahami sepenuhnya konteks dan cara Gus berinteraksi dengan jamaahnya. Namun, seharusnya publik lebih bijaksana dalam menilai suatu kejadian dengan hanya mengandalkan potongan video yang bisa dipahami secara sepihak.
Adab di Atas Ilmu: Tanggung Jawab PublikÂ
Sebagai seorang pendakwah dan pejabat publik, Gus Miftah seharusnya memiliki kesadaran bahwa perannya tidak hanya dalam menyampaikan agama, tetapi juga dalam menjaga citra Islam yang rahmatan lil'alamin. Dakwah harus selalu mengedepankan nilai adab, tidak hanya ilmu. Humor yang digunakan dalam dakwah harus memperhatikan norma-norma yang berlaku, serta tidak merendahkan martabat orang lain.
Mengutip dari artikel tentang gaya bahasa dakwah, ada beberapa prinsip penting yang harus diperhatikan dalam komunikasi dakwah, seperti memilih kata yang jelas dan menghindari ambiguitas, serta menjaga etika dalam berinteraksi (sumber: dakwahid.com).
Dalam konteks ini, Gus Miftah perlu mempertimbangkan dampak sosial dari setiap kata yang diucapkannya, terutama ketika berhadapan dengan publik yang memiliki beragam latar belakang.Â
Humor yang Membangun, Bukan MeruntuhkanÂ
Sebagai seorang pendakwah modern, Gus Miftah harus menyadari bahwa humor dalam dakwah bukan sekadar alat untuk menarik perhatian, tetapi juga harus menjadi sarana untuk membangun pemahaman dan persaudaraan. Humor yang baik seharusnya memperkuat pesan dakwah dan tidak merendahkan atau menyakiti pihak lain.
Dalam konteks ini, humor yang digunakan oleh Gus Miftah harus mampu menciptakan suasana yang lebih inklusif dan mendalam, bukan sebaliknya. Bagi pendakwah zaman sekarang, penting untuk memahami audiens dan memastikan bahwa humor yang disampaikan tetap dalam batasan yang dapat diterima secara sosial dan kultural.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Gus Yusuf, teman sejawat Gus Miftah, humor dalam dakwah perlu dilihat secara utuh dan tidak hanya dari potongan video yang bisa menyesatkan persepsi. Maka, humor dalam dakwah seharusnya bisa menjadi pendorong harmoni, bukan penghancur martabat. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H