Mohon tunggu...
Sang
Sang Mohon Tunggu... -

www.sanggulmu.wordpress.com sangtraveler@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Penghasilan Mewah Penulis Sinetron

12 Januari 2016   09:59 Diperbarui: 13 Januari 2016   09:39 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Syarat utama jadi penulis naskah adalah 2 M: minat dan mental. Setidaknya anda punya ketertarikan menulis, mengarang dan menulis cerita, gemar membaca, dan bakat akan mengalir dari sana. Selebihnya anda bisa mempelajari teknik menulis naskah lewat buku-buku ataupun pelajaran online yang berseliweran di dunia maya. Lalu rajin-rajinlah berlatih.

Khusus penulis sinetron, selain mental, tambah lagi satu: fisik harus kuat! Kok kaya’ mau masuk militer saja? Bayangkan, untuk satu episode naskah sinetron yang jumlah halamannya bisa melebihi halaman skripsi itu, anda harus duduk bekerja secara intens paling sedikit 5-6 jam. Itu sudah termasuk hitungan cepat. Duduk di sini adalah: mengetik 60 halaman (tanpa henti, mungkin bisa sebentar), sambil berpikir keras agar cerita, dialog, karakter, setting, dan semua komponen dalam naskah berkesinambungan dan terjaga kualitasnya.

Setelah capek menulis dan menguras otak, penulis kadang masih harus meeting brainstorming dengan produser dan sutradara di kantor PH terkait. Tak jarang rapat dilakukan tengah malam sampai subuh karena pada siang hari sang sutradara sibuk syuting.

Jam kerja penulis sinetron bukan cuma siang. Tergantung kebutuhan, penulis bisa dibombardir tuntutan deadline naskah di tengah malam sampai subuh. Makanya untuk penyegaran, ketika bosan kerja di rumah, penulis kadang bekerja di kedai-kedai kopi dengan alasan biar bisa sekalian “cuci mata” atau mencari inspirasi.

Yang lebih asyik, para penulis, biasanya co-writer yang tak harus selalu ikut meeting di kantor, bisa menenteng pekerjaan mereka kemana saja. Sambil santai di pantai di Bali, mejeng di luar negeri, atau pulang kampung sekadar kangen masakan emak di rumah. Selama ada laptop, koneksi internet, dan alat komunikasi seperti telepon, WhatsApp, dan sejenisnya, amanlah hidup penulis-penulis itu sambil menikmati hidup dengan pundi-pundi yang wah.

*** 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun