Ilustrasi - aba-aba pengambilan gambar sinetron (Shutterstock)
Sampai Rp 200.000.000 atau lebih! Ya, betul, itulah angka honor per bulan yang bisa dicapai seorang penulis naskah sinema elektronik alias sinetron di Indonesia saat ini. Demikian keterangan beberapa pekerja di lapangan bersangkutan.
Angka-angka tersebut biasanya dicapai oleh para penulis skenario sinetron yang sudah cukup punya nama. Rata-rata mereka terlibat dalam satu hingga tiga judul sinetron yang tayang tiap hari (stripping) di televisi. Dalam kisaran harga, honor mereka antara Rp 5 juta sampai Rp 10 juta per episode durasi 1 jam. Jadi kalau lagi “banjir-banjirnya”, para penulis itu bisa dapat sampai Rp 30 juta hanya dalam satu hari!
Belum lagi bonus. Beberapa produser rumah produksi (production house/PH) memberi bonus uang pada penulisnya. Bonus diberikan saat sinetron tayang masuk peringkat/rating TV 1-5 atau 1-10 besar. Untuk itu, produser akan menambah honor si penulis dengan bonus sebesar satu atau setengah dari nilai honor per episode. Contohnya dengan honor Rp 5 juta per episode tayang yang masuk rating, maka penulis akan meraih Rp 10 juta atau Rp 7,5 juta untuk episode tersebut.
Tak melulu bonus uang. Produser bisa juga menghujani penulis dengan bonus jalan-jalan ke luar negeri, naik kapal pesiar, atau barang-barang gadget terbaru. Malah ada juga produser super baik hati yang memberi uang plus, semua bonus yang baru saja disebut.
Masih belum cukup, kadang penulis yang dikontrak eksklusif oleh PH akan diberi fasilitas sewa apartemen full furnished yang sering kali cukup mewah. Lengkap dibayari asisten rumah tangga sampai listrik. Siap ditempati dengan nyaman untuk bekerja tanpa gangguan.
Co-Writer
Dulu sekali, saat sinetron masih tayang per pekan alias belum stripping setiap hari, seorang penulis masih sanggup menggarap sendiri pekerjaannya sampai naskah siap syuting. Tapi dengan tren sinetron yang super kejar tayang seperti saat ini, para penulis akhirnya tak bisa bekerja sendirian. Biasanya mereka punya tim yang terdiri dari pembuat plot, tim riset cerita, editor sampai si ujung tanduk yaitu co-writer (penulis pendamping) yang nantinya akan mewujudkan semua ide menjadi naskah siap syuting.
Berapa honor seorang co-writer? Rata-rata sekitar Rp 750 ribu – Rp 4 juta per episode. Misalnya seorang co-writer dengan honor Rp 1 juta per episode sedang mengerjakan satu saja judul sinetron yang sedang tayang di TV, maka dalam sebulan dia bernafkah Rp 1 juta x 30 hari = Rp 30 juta. Hitung bila penulis sedang mengerjakan dua hingga tiga judul tayang setiap hari, yang adalah sebuah situasi kategori biasa. Itupun kalau penulis sanggup mengerjakan. Mengingat satu episode naskah sinetron durasi 1 jam umumnya bisa sampai 60 halaman bahkan lebih.
Gimana Caranya?
Untuk jadi penulis skenario sinetron, anda tak harus berlatar belakang pendidikan menulis atau sejenisnya. Tak kurang dari lulusan sekolah menengah atas (SMA) sampai lulusan teknik nuklir pun ada yang menjadi penulis sinetron mapan. Ada pula yang tadinya bekerja di toko handphone dan sukses banting setir jadi penulis sinetron.
Syarat utama jadi penulis naskah adalah 2 M: minat dan mental. Setidaknya anda punya ketertarikan menulis, mengarang dan menulis cerita, gemar membaca, dan bakat akan mengalir dari sana. Selebihnya anda bisa mempelajari teknik menulis naskah lewat buku-buku ataupun pelajaran online yang berseliweran di dunia maya. Lalu rajin-rajinlah berlatih.
Khusus penulis sinetron, selain mental, tambah lagi satu: fisik harus kuat! Kok kaya’ mau masuk militer saja? Bayangkan, untuk satu episode naskah sinetron yang jumlah halamannya bisa melebihi halaman skripsi itu, anda harus duduk bekerja secara intens paling sedikit 5-6 jam. Itu sudah termasuk hitungan cepat. Duduk di sini adalah: mengetik 60 halaman (tanpa henti, mungkin bisa sebentar), sambil berpikir keras agar cerita, dialog, karakter, setting, dan semua komponen dalam naskah berkesinambungan dan terjaga kualitasnya.
Setelah capek menulis dan menguras otak, penulis kadang masih harus meeting brainstorming dengan produser dan sutradara di kantor PH terkait. Tak jarang rapat dilakukan tengah malam sampai subuh karena pada siang hari sang sutradara sibuk syuting.
Jam kerja penulis sinetron bukan cuma siang. Tergantung kebutuhan, penulis bisa dibombardir tuntutan deadline naskah di tengah malam sampai subuh. Makanya untuk penyegaran, ketika bosan kerja di rumah, penulis kadang bekerja di kedai-kedai kopi dengan alasan biar bisa sekalian “cuci mata” atau mencari inspirasi.
Yang lebih asyik, para penulis, biasanya co-writer yang tak harus selalu ikut meeting di kantor, bisa menenteng pekerjaan mereka kemana saja. Sambil santai di pantai di Bali, mejeng di luar negeri, atau pulang kampung sekadar kangen masakan emak di rumah. Selama ada laptop, koneksi internet, dan alat komunikasi seperti telepon, WhatsApp, dan sejenisnya, amanlah hidup penulis-penulis itu sambil menikmati hidup dengan pundi-pundi yang wah.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H