Pendidikan Indonesia saat ini, jika ditanyai pada sebagian orang. Tentang bagaimanakah kualitas pendidikan di Indonesia. Pasti akan menjawabnya dengan rasa pesimis. Tapi apakah memang pendidikan kita benar-benar masih jauh dari kata layak.
Banyak artikel-artikel atau tanggapan para pengamat pendidikan, yang membahas tentang rendahnya mutu pendidikan kita. Tentu itu adalah hal yang wajar, jika kita mengkritik demi membangun pendidikan yang lebih baik.
Memang kita sulit untuk menyangkal, bahwa pendidikan kita masih jauh tertinggal dari negara-negara maju. Untuk mencetak pribadi-pribadi yang siap menyambut masa depan, tentu membutuhkan fasilitas yang memadai dan guru yang berkualitas.
Tetapi apa sebenarnya fungsi utama dari pendidikan itu. Apakah untuk mencetak seseorang yang sukses. Apakah untuk menciptakan seseorang yang cerdas, atau apakah untuk menciptakan kepribadian taat pada negara, masyarakat, serta orang tua.
Jika seandainya sistem pendidikan yang sudah eksis di negara maju, diterapkan pada sistem pendidikan kita. Apakah serta merta bisa memajukan pendidikan kita. Atau apakah memiliki fasilitas pendidikan yang baik serta mempunyai guru yang berkualitas, dapat memperbaiki pendidikan kita.
Semua orang seakan menuntut dan tidak puas terhadap pendidikan saat ini. Ketika mereka merasa tak puas, bukan hanya kritik namun mulai terjerumus ke dalam sesuatu yang sama sekali tidak berkaitan dengan fungsi pendidikan itu sendiri.
Masyarakat yang tak paham mengkritik, bahwa pendidikan tak ada satu pun yang berfungsi dalam kehidupan. Semua yang diajarkan hanya mentok di pagar sekolah. Yang mereka katakan hanya pelajaran matematika yang masih bisa dipakai itu pun sudah digantikan dengan kalkulator, atau baca tulis itu pun tetap menjadi hal yang sepele. Jadi nyaris pendidikan tak ada gunanya di mata mereka.
Pemikiran seperti ini terus menjamur dan beredar luas pada masyarakat, terutama pada masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi. Dengan mudahnya masyarakat ini, mengambil kesimpulan. Bahwa pendidikan hanya menghabiskan biaya, serta tak ada gunanya sebuah ijazah.
Jika kita melihat kritik ini, memang sekilas tak ada yang salah. Namun ini termasuk dalam gagal dalam berpikir, atau cacat logika. Mereka hanya melihat dari sisi tujuan, dan bukan pada fungsi pendidikan. Padahal dengan pendidikan yang mereka lalui, mereka mampu mempertanyakan ulang pendidikan itu.
Mereka yang sudah melalui pendidikan itu, meskipun tidak memiliki pendidikan tinggi. Mereka dapat kembali lagi melalui jembatan yang dirakit oleh pendidikan untuk mengkritik pendidikan itu lagi. Bayangkan jika mereka tak melewati jembatan itu, apa yang akan mereka lakukan sekarang.
Apakah mereka tak menyadari bahwa, matematika dasar yang mereka pelajari di sekolah, dapat mempertajam logika mereka. Dengan pelajaran bahasa, mereka dapat berbicara dan menulis. Atau setidaknya tahu, bahwa berbicara dengan orang asing harus menggunakan bahasa yang berbeda.
Pendidikan itu bukan tentang mengubah kehidupan yang layak dimasa depan, karena pendidikan bukan jin dalam teko yang siap mengabulkan permintaan anda. Pendidikan tidak berfungsi sebagai tujuan, karena memang itu fakta adanya. Orang mungkin akan sukses dengan pendidikan yang baik, tapi siapa yang bisa memastikan nasib setiap orang dimasa depan, jika ia memiliki pendidikan yang baik juga.
Pendidikan yang sebenarnya adalah untuk menciptakan alat-alat dalam kepala kita. Alat untuk mengidentifikasi huruf, menghitung angka, menganalisis soal-soal, serta menanamkan nilai-nilai moral. Setiap hari seperti itu sehingga otak menjadi terbiasa. Ketika menjadi terbiasa, secara tak langsung pemikirannya mulai berkembang. Logikanya mulai terlatih dan mampu memilah-milah yang salah, benar, atau paling tidak apa yang baik bagi dirinya.
Setidaknya ada harapan dalam pendidikan kita. Bahwa ada bagian penting dalam pendidikan, yang harus kita pertahankan. Bahwa pikiran-pikiran yang menganggap remeh pendidikan, bisa tersadarkan. Dan tidak selalu menyalakan sistem pendidikan kita sebagai kambing hitam permasalahan di negara kita ini.
Pendidikan itu seperti jembatan, bukan sebagai jawaban untuk kehidupan yang layak dimasa depan. Pendidikan siap menjadi jembatan bagi siapa saja yang ingin melaluinya. Dan pada saat yang sama ia juga siap untuk, dilalui kembali pulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H