Mohon tunggu...
Macg Prastio
Macg Prastio Mohon Tunggu... Buruh - Blogger

Rakyat Konoha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Antara Konten yang Menarik dan Konten yang Reflektif

14 Mei 2024   14:18 Diperbarui: 15 Mei 2024   19:26 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Martin Heidegger, berpikir pragmatis dan instrumental sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Kita mungkin bisa saja tergerus dan terseret keluar dari diri kita sendiri. Menyandarkan diri kita pada dunia yang cepat berubah, dan karena tak bersifat tetap, ia akan terus menarik manusia ke atas dari dunia reflektifnya.

Karena pengetahuan hari ini bersifat pragmatis, orang kemudian kerap memasti-mastikan sesuatu tanpa benar-benar memikirkannya. "Dengan kerja keras kita pasti akan sukses." Demikianlah yang dikatakan seorang motivator kenamaan.

Informasi yang menarik, tips-tips, atau teknologi terbarukan, mungkin sulit dikontrol oleh media-media yang haus akan keuntungan. Informasi-informasi tersebut terlalu menggiurkan untuk tidak ditayangkan, dan karena bersifat segera dan membawa keuntungan sehingga menenggelamkan informasi-informasi yang membawa pesan reflektif.

Memang tak ada yang salah dari konten-konten yang menarik. Karena konten-konten bersifat pragmatis dan instrumental. Justru untuk memudahkan kehidupan manusia itu sendiri. Dan demi keberlangsungan kedua belah pihak, antara pembaca dan media itu sendiri.

Karena manusia kerap teralihkan oleh informasi sehari-hari dari dunia reflektifnya. Kita seharusnya menyeimbangkan informasi-informasi yang masuk melalui panca indra kita. Namun hampir semua pembaca hanya dipesan untuk menyaring berita hoax, itu pun masih saja lolos dan termakan hoax tersebut.

Bukan hanya tugas pembaca untuk menyeimbangkan informasi-informasi yang akan ia peroleh, namun tugas media juga penting untuk menyeimbangkan bacaan-bacaan yang disuguhkan ke pembacanya.

Bukan hanya informasi yang menarik dan iklan-iklan yang ditampilkan, dan pembaca juga mendapatkan tidak hanya pesan reflektif, namun juga kembali pada dunia reflektifnya.

Orang yang memahami tidak hanya menyaring informasi hoax. Namun dapat memilih bacaan-bacaan yang menyeimbangkan, antara informasi yang hanya sekedar informasi dan bacaan yang menarik mereka untuk berreflektif.

Sedangkan bagaimana dengan yang tak memahami. Ini kembali pada media itu sendiri. Mereka harus bisa menyeimbangkan keduanya sebelum disuguhkan kepada pembaca atau penonton. Media hanya mentok pada menyeleksi konten hoax dan informasi yang menyebabkan ketidaknyamanan.  

Seperti para penulis atau novelis lakukan, mereka juga tak hanya membaca buku-buku non-fiksi, namun mereka juga menyeimbangkan dengan membaca buku-buku fiksi. Untuk menyeimbangkan dunia sehari-harinya dengan dunia imajinasi, atau dunia batin mereka.

Solusi yang ditawarkan oleh Martin Heidegger dalam berefleksi adalah, kita seharusnya waspada, menunggu, dan bersabar di hadapan realitas. Tidak terburu-buru, artinya membiarkan hati nurani kita berbicara pada kita. Atau membiarkan realitaslah yang mewahyukan dirinya pada kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun