Puncaknya ketika saya menonton pertandingan antara Indonesia U-17 melawan Panama U-17. Saya mendengar reaksi komentator pada saat itu. Ya, meskipun saya buta terhadap bahasa Inggris, tapi saya tahu reaksi sang komentar itu bagaimana.
Itu ketika momen saat ia menyebut nama Luis Figo. Pada saat kamera menyorot ke arah punggung Figo. Mungkin pikir saya waktu itu, komentatornya menyamakan si Figo dan sang legenda Luis Figo. Namun untuk membandingkan antara  kedua pemain beda zaman itu, saya pikir tidak.
Inilah yang membuat saya tercengang. Saya coba mewakili isi kepala komentator tadi. Bagaimana pemain Indonesia yang merupakan orang Asia, bisa mempunyai nama sama dengan negara di Eropa, atau negara lainya. Kita bisa membedakan, pemain Jepang dan Arab dari namanya. Tapi pemain Indonesia, sabar dulu Bung!
Belum lagi nama besar legenda sepak bola lainya seperti, Zidan dan Kaka. Kalau seandainya kita telusuri satu persatu nama pemain Indonesia. Hampir tidak ada yang murni mempunyai nama asli dari Indonesia. Kalaupun ada itu sudah digabung-gabung dengan nama lainya yang bukan dari Indonesia.
Melalui sepak bola saja, sudah cukup menjelaskan kepada dunia dan komentator tadi, bahwa Indonesia adalah negara yang beragam. Kalau seandainya Timnas kita tidak bisa memberi kejutan di piala dunia kali ini, setidaknya keberagaman di negara kita ini dapat membuat dunia terkejut. Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H