Perhelatan piala dunia U-17 di Indonesia yang sedang berlangsung ini. Ternyata bagi saya meninggalkan beberapa kesan di kepala saya. Yang ternyata membuat saya terkesan, adalah dengan para peserta piala dunia ini. Ketika mereka tiba di Indonesia untuk pertama kalinya.
Ini seperti hal magnet yang tarik-menarik. Mereka terkesan, saya pun terkesan dengan reaksi mereka. Keberagaman dan alam Indonesialah yang membuat mereka terkesan. Dari budaya orang Indonesia sampai cuaca yang panas.
Timnas Mali misalnya(ini saya baca di salah satu artikel, entah sumbernya apa, saya lupa). Saya tersenyum ketika pertama kali membaca artikel tersebut. Saya tidak tahu, dari mana mereka mendapat informasi tersebut, bahwa di Indonesia cuacanya dingin.
Entah siapakah yang memberi tahu mereka. Siapa pun itu tapi dari mana ia bisa berpendapat bahwa cuaca di Indonesia itu dingin. Mungkin ia pernah berkunjung ke Indonesia sebagai pendaki gunung. Atau pemain tersebut, hanya jadi korban basa basi pada saat mereka nongkrong di suatu warung, misalnya.
Kemudian pelatih Brazil beranggapan bahwa piala dunia kali ini, Indonesia tidak mempersiapkannya dengan baik. Namun pada saat tiba di Indonesia, ia takjub dengan stadion JIS. Stadion yang kontroversial ini dikagumi oleh pelatih Brazil. Padahal ada anggapan bahwa, stadion ini tak berstandar FIFA.
Dan yang membuat saya terinspirasi menulis ini adalah si pelatih dari Kanada Andrew Olivieri. Ia merasakan bahwa budaya yang ada di Indonesia hampir sama dengan negara asalnya. Ia merasa nyaman berada di Indonesia, karena ia menganggapnya seperti di rumah sendiri.
Itu pun, katanya ia baru berkunjung ke Bali dan Solo. Kalau seandainya ia pergi berkeliling ke seluruh Indonesia. Pasti ia bisa beranggapan bahwa, keberagaman di negaranya tidak ada apa-apanya dengan yang ada di Indonesia. Tapi tak apalah, dengan pernyataan dia tentang Bali dan Solo itu, semoga lebih banyak menarik wisatawan dari Kanada.
Adalah keberagaman yang dimiliki Indonesia. Kita mungkin tahu, bahwa Kanada juga negara yang terbuka, sehingga menjadikan Kanada sebagai bangsa yang beragam. Kalau beragamnya Kanada, sudah pasti berasal dari para suku bangsa lain. Namun di Indonesia keberagamannya sudah pada level tertinggi.
Keberagaman Indonesia itu berasal dari dalam negaranya sendiri. Menurut saya, Indonesia itu adalah bentuk atau perwakilan dari dunia itu sendiri. Jika di Eropa sana memiliki satu bahasa saja untuk digunakan sehari-hari. Namun di Indonesia tunggu dulu, orang bisa berkomunikasi dengan dua bahasa sekaligus.
Bahasa Indonesia dan bahasa lokal(ibu), belum lagi kalau dia bisa berbahasa lainya. Bahkan, maaf, di kampung-kampung atau di pelosok, ada yang tidak bisa berbahasa Indonesia sama sekali. Ini berarti bahwa, bahasa Indonesia adalah bahasa Inggrisnya dunia.
Puncaknya ketika saya menonton pertandingan antara Indonesia U-17 melawan Panama U-17. Saya mendengar reaksi komentator pada saat itu. Ya, meskipun saya buta terhadap bahasa Inggris, tapi saya tahu reaksi sang komentar itu bagaimana.
Itu ketika momen saat ia menyebut nama Luis Figo. Pada saat kamera menyorot ke arah punggung Figo. Mungkin pikir saya waktu itu, komentatornya menyamakan si Figo dan sang legenda Luis Figo. Namun untuk membandingkan antara  kedua pemain beda zaman itu, saya pikir tidak.
Inilah yang membuat saya tercengang. Saya coba mewakili isi kepala komentator tadi. Bagaimana pemain Indonesia yang merupakan orang Asia, bisa mempunyai nama sama dengan negara di Eropa, atau negara lainya. Kita bisa membedakan, pemain Jepang dan Arab dari namanya. Tapi pemain Indonesia, sabar dulu Bung!
Belum lagi nama besar legenda sepak bola lainya seperti, Zidan dan Kaka. Kalau seandainya kita telusuri satu persatu nama pemain Indonesia. Hampir tidak ada yang murni mempunyai nama asli dari Indonesia. Kalaupun ada itu sudah digabung-gabung dengan nama lainya yang bukan dari Indonesia.
Melalui sepak bola saja, sudah cukup menjelaskan kepada dunia dan komentator tadi, bahwa Indonesia adalah negara yang beragam. Kalau seandainya Timnas kita tidak bisa memberi kejutan di piala dunia kali ini, setidaknya keberagaman di negara kita ini dapat membuat dunia terkejut. Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H