Mohon tunggu...
Macg Prastio
Macg Prastio Mohon Tunggu... Buruh - Blogger

Rakyat Konoha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bentuk Sederhana dari Toleransi Beragama di NTT

6 November 2023   10:42 Diperbarui: 6 November 2023   10:46 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembentukan panitia pernikahan.(Doc Pribadi)

Saat ini, NTT meraih sebagai provinsi paling toleransi se-Indonesia. Penghargaan itu diberikan oleh kementerian agama. Karena itulah menjadi penyebab, mengapa provinsi NTT dijadikan contoh toleransi beragama se-Indonesia. Beberapa organisasi-organisasi keagamaan melakukan studi banding ke NTT, tentang toleransi beragama ini. Salah satunya dari FKUB(Forum Kerukunan Umat Beragama) Deli Serdang, dikutip dari KATA NTT.

Persoalan tentang toleransi beragama di Indonesia, masih menjadi hal yang perlu diperhatikan. Seperti perizinan tempat ibadah, kebebasan orang lain beribadah, dan perbedaan pandangan soal iman. Selalu menjadi pemicu untuk terjadinya pertikaian. Padahal kita sudah tahu, bahwa perbedaan lah yang menjadi dasar terbentuknya negara kita ini.

Persoalan yang saya pikir tidak perlu terjadi dan hanya menambah beban negara. Namun bagaimanapun ini tetap persoalan hubungan sosial masyarakat yang pasti terjadi. Dan kita sebagai warga negara yang beriman, harus melepaskan ego dan meletakan kemanusiaan di atas segala-galanya. Jika kita tidak bersikap seperti ini, maka hanya akan ada pertumpahan darah yang sia-sia.

Pembangunan tempat ibadah secara bersama-sama atau pengawalan saat adanya hari raya agama lain, merupakan hal yang biasa terjadi di NTT. Fenomena inilah yang membuat NTT didapuk sebagai provinsi paling toleran. Bukan hanya berbeda dalam agama saja, namun budaya dan bahasa di setiap masing-masing daerah juga berbeda. Dan itu bukanlah hambatan dalam bertoleransi di NTT.

Mengapa provinsi NTT layak diberikan penghargaan dalam hal toleransi. Karena banyaknya perbedaan di NTT. Jika kita bepergian dari satu daerah ke daerah lain, maka kita akan menemukan kebiasaan di setiap wilayah itu berbeda-beda. Jadi misalkan ada yang mau ke NTT dan masih belum tahu kebiasaan orang-orang NTT. Bisa mempelajari terlebih dahulu atau tidak perlu mempelajarinya, karena sudah pasti, Anda akan kaget ataupun kagum.

Bentuk yang paling sederhana dari toleransi beragama di NTT adalah, pembentukan panitia pernikahan. Saya sudah berapa kali mengikuti kegiatan ini, dan saya yang dari kecil tinggal di NTT, merasa takjub. Saya pikir, hal ini mungkin tidak terjadi di provinsi lain. Mungkin ini hanyalah kegiatan yang biasa, tapi sekat-sekat antar beragama itu tidak pernah ada.

Biasanya sebelum hadir dan berkumpul. Beberapa orang akan melakukan undangan ke seluruh tempat yang berdekatan dengan tempat yang akan dilaksanakannya pernikahan. Pada hari pelaksanaan pembentukan panitia semua berkumpul pada hari dan jam yang telah ditentukan. Tanpa terkecuali dari anak-anak, anak muda, dan para orang tua.

Semua yang berkumpul punya latar belakang agama dan budaya yang berbeda-beda. Semua berbaur menjadi satu dan siap melaksanakan tugas mereka masing-masing. Biasanya dibagi beberapa seksi, dari seksi keamanan, seksi daging, seksi cuci piring, seksi undangan dll. Ketika hari pembantaian, hewan sapi itu diperlakukan khusus, tidak sembarang orang untuk melakukan penyembelihan sapi.

Tuan pesta atau orang yang diberikan kepercayaan, akan memanggil ustad setempat untuk melakukan penyembelihan sapi. Tidak pernah terpikirkan warga setempat bahwa, siapa yang mayoritas atau siapa yang minoritas. Kalau saya mayoritas, maka yang minoritas harus mengikuti saya. Padahal untuk menyembelih sapi bisa dilakukan siapa saja, jika ia mampu. Namun penghormatan terhadap Aqidah agama lain itu, lebih diutamakan.

Sebaliknya jika ada keluarga yang beragama lain melaksanakan acara, pihak yang diundang tidak akan menuntut harus makan daging apa, sapi ataukah kambing. Semuanya akan makan apa yang disediakan tuan rumah. Ketika saya dulu tinggal di Tangerang saya menceritakan hal ini kepada sahabat saya. Namun ia mengatakan bahwa, tetap saja itu melanggar Aqidah agamanya.

Karena daging sapi yang dimasak di kuali yang sama, pasti bekas memasak daging babi, padahal kuali itu mungkin dipakai memasak daging beberapa bulan yang lalu. Saya menjawabnya bahwa, orang sudah pasti mencucinya, tapi ia tetap bergeming. Saya tidak menjawabnya lagi, karena memang itulah pilihan hidupnya.

Seandainya, jika teman saya ini berada di NTT, maka ia akan dilayani sebaik-baiknya, baik di acara pesta maupun ketika ia berkunjung ke suatu keluarga. Dengan sendirinya, orang-orang NTT akan berusaha mencari solusi, bagaimana melayani dengan baik, agar tamunya tidak dilanggar Akidahnya.

Sebenarnya masih banyak hal-hal sederhana dalam pembentukan panitia ini, yang secara tak langsung hal tersebut menjunjung tinggi toleransi di NTT. Semuanya punya ranah dan tujuan masing-masing dalam hidup. Kedamaian dan kemanusiaan dalam beragama, sangat-sangat dihormati di NTT. Saya beranggapan bahwa, NTT adalah representasi dari Bhineka Tunggal Ika itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun