[caption caption="Gambar tidak berkaitan dengan cerita"][/caption]Terkadang cinta tak menemukan bahasa untuk mendeskripsikan sejauh mana rasa itu mulai hadir dan mengisi relung-relung hati, tapi dia selalu menemukan jalan bagi dua hati yang saling bertaut. Demikian pula takdir dimana pertemuan dan perpisahan merupakan bagian darinya, telah merangkai jejak-jejak cerita yang sebenarnya tidak boleh untuk dilalui. Tetapi takdir tidak untuk dipersalahkan, saat rasa ketertarikan satu sama lain menggumpal dan menjelma menjadi cinta, seharusnya kitalah yang mampu mengendalikannya, agar tidak tersesat lebih jauh kepada kenistaan.
=====
Terpaku, masih tak beranjak dari tempatnya duduk. Sudah sejak berjam-jam yang lalu Yazid duduk terpaku didepan layar 21 inch serta seperangkat Komputer miliknya. “Kita ini Apa? Dan sedang apa?” Pertanyaan yang selalu menggantung dipikianrnya, sejak mengenal Keyla perempuan manis berlesung pipit yang baru saja menjadi manager bandnya menggantikan managernya yang lama.
“Semacam tak memiliki, namun takut kehilangan. Semacam tak ada status, namun merasakan kecemburuan. Arrgghhh…. Ya Robbi, jangan biarkan aku berkholwat lebih jauh, kami bukan sepasang anak bau kencur yang sedang memadu kasih." Jeritan Yazid yang tak mampu terucap, hanya terpendam dihati, dan mengambang dipikir.
Sesekali Dia menghela nafasnya, panjang. Semacam ada rasa lelah atau mungkin gundah yang coba Dia uraikan, menengahi kesunyian yang kian terasa menyakitkan. Pandangannya lurus menatap jalan dibalik jendela, langit yang penuh dengan gumpalan awan seakan memberi salam perpisahan pada mentari yang mulai tak terasa lagi rona merahnya, senja yang hangat segera berganti malam. Terasa seperti senja menyakitkan yang sama sekali tak pernah terbayang dipikirnya, mengusik sisi lain hatinya yang rentan akan sayatan.
Sesungguhnya sulit bagi Yazid mendefinisikan bagaimana ini semua berwujud, mengganggu paginya yang biasanya terlihat kaku, semuanya seperti jelaga kecil yang telah membekas dan memberi tanda hitam dihatinya, yang telah menodai sucinya kata cinta, namun enggan untuk dihapusnya. Jika waktu sanggup diputar kembali, tentunya Yazid akan lebih memilih semua berjalan normal, menguntai seperti kisah cinta pada cerita-cerita picisan. Karena yang Dia tahu, mencintai tak semenyakitkan itu.
“Bergegaslah tidur, jaga kesehatanmu, jangan terlalu banyak begadang.” Dering Blackberry Messenger membuyarkan lamunan Yazid, pesan yang ternyata berasal dari wanita yang sejak tadi berada dalam lamunannya. Yazid tak mampu menyangkal lagi, ada sesuatu yang bergerak lebih dari biasanya, bekerja berkali-kali lipat dari biasanya, sesuatu yang membuat dadanya terasa sesak karena sulit terkendali, ada efek lain saat Dia mengingat Wanita itu, Bahagia.
“Iya, sebentar lagi. Aku sedang mastering lagu distudio, setelah ini langsung tidur!” Entah benar atau tidak jawabnya ini, karena saat berada di studio musiknya Yazid seringkali lupa waktu.
=====
Malam ini sama seperti malam-malam sebelumnya, hujan yang turun sejak sore tadi belum menunjukan tanda-tanda akan segera berhenti. Secangkir Capucino panas menjadi teman setia Yazid menghabiskan malam, pandangnya menerawang jauh keatas memperhatikan gemericik rinai hujan yang tak juga berhenti.
“Hei hujan… meski Aku selalu suka denganmu, tetapi tidak ketika Kau datang berbarengan dengan malam. Segeralah reda, karena aku penikmat benda kecil penghuni malam, Aku menunggu bintang.”