Buat apa menyengaja miskin untuk zuhud, jika membuat kita rakus dan meminta belas kasihan orang. Syekh syadili seorang wali Allah yang kaya raya pernah berkata kalau aku miskin seakan keadaanku berkata ana miskin tarhamuni (saya miskin. Belas kasihi aku, saya kutip dari mauidhoh kyai said aqil siroj).Â
Oleh karena itu yang diperlukan adalah melatih hati agar tidak terjerumus menduniakan ilmunya. Sesuatu yang sungguh tidak mudah. Sampai Guru kami yai makmun ahmad alm dulu setiap kali menerima uang dari madrasah selalu menangis dan berdoa agar keikhlasan beliau  tidak hilang. Sesuatu yang harusnya kita contoh.
Jadi. Perlu di garis bawahi bahwa apa yang saya tulis ini tidak kemudian berhenti pada kebolehan menerima uang bagi guru. Namun masih berlanjut boleh asal uang tersebut tidak kemudian membutakan mata dan mencondongkan hati guru pada dunia. maka wajib bagi guru selalu usahakan dan melatih hati.Â
Berbarengan dengannya terus menambah ilmu tentang bagaimana melatih hati. Â Bagi saya inilah jalan yang yang paling tepat untuk mengikhlaskan niat. Bukannya menghindar. Walaupun boleh juga menghindar. Semoga kita yang bercita-cita guru tidak berakhir sebagai sebagai guru dunia yang dilaknat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H