Mohon tunggu...
Sang Santri
Sang Santri Mohon Tunggu... Guru - Santri suka menulis

Menulis sebagai hobi, bermanfaat sebagai harapan, sekses semoga terwujud

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Calon Pendidik Bahasa arab Jangan Banting stir

16 November 2018   06:45 Diperbarui: 16 November 2018   06:53 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Malam ini sebuah warung makan saya mengobrol dengan ainul. Seperti layaknya obrolan kami yang lain, isinya tentu tak jelas. Namun nggak ada angin nggak ada ujan tau tau ada sedikit celetukan bermanfaat dari ainul. Wiihh. Dia membahas tentang pendidik bahasa arab. Mempertanyakan kenapa mahasiswa pendidikan bahasa arab banyak yang banting stir. Tidak  fokus pada bidang keilmuannya yang sekarang. Begitu katanya.

Fenomena dari sepenggal kalimat tersebut memang benar terjadi. Dan itu sangat terasa di sekitar kami(mahasiswa  pendidikan bahasa arab). Sepertinya, semangat sebagai mahasiswa pba yang pernah di camkan saat masa orientasi dulu pba sedikit demi sedikit telah memudar. 

Berdasarkan pengamatan saya ada setidaknya 2 alasan kenapa mereka sudah malas dengan pba pba an lagi. Yang pertama, rasa tidakmampu yang membuatnya beralih ke hal yang lain. Yang kedua, minat dan bakat yang tidak sesuai.

Perlu kiranya difahami, bahwasannya seorang santri pba(pendidikan bahasa arab) memiliki hak dan tanggung jawab apabila telah menamatkan studinya si s1. Yang pertama berhak menerima gelar dan ijasah lulusan bahasa arab. Yang kedua harus bertanggung jawab akan kepantasan diri dalam mengemban gelar yang telah diberikan kepada dirinya.

 Hal ini dikarenakan gelar yang akan diembannya bukan hanya untuk dirinya sendiri. Namun  nantinya gelar itu juga  menjadi sebuah pertimbangan sosial di masyarakat. Yang bisa memberi manfaat  terhadap pemilik gelar.

 Saya beri contoh Seorang sarjana kedokteran akan diakui masyarakat sebagai dokter kemudian ditanya tentang apa yang berhubungan dengan profesinya. Seorang  Sarjana PAI akan lebih besar kemungkinannya disuruh memimpin tahlil dari pada jurusan yang lain. Hal yang sama yang terjadi pada mereka juga akan terjadi kepada para lulusan pendidikan bahasa arab. Yang pasti ada manfaat manakala gelar lulusan bahasa arab disematkan pada dirinya.  

Yang menjadi masalah ialah apabila seseorang tidak bisa bertanggung jawab pada gelar yang diberikan kepadanya.  Secara tidak sengaja si dia sudah membuat sebuah  kebohongan terselubung di masyarakat. Kebohongan yang sungguh keji.

Loh iya kan? Bukankah suatu kebohongan jika seorang diam saja Ketika masyarakat memberi anggapan  dia bisa ini, dia bisa itu. Padahal anggapan itu tidak sama dengan kenyataan yang ada. Terlebih lagi jika dia sok merasa pantas untuk mendapatkan manfaat akan gelar yang tidak mencerminkan dirinya.  Lenda lende. Ngaku jos. Kampret nggak?

Hal uang memalukkan ini jika terbuka kebenarannya bisa menjadikan senjata makan tuan. Nama buruk akan bersandar pada pribadi yang bersangkutan. Dan bukan cuma dia, pemilik gelar secara global dan lembaga yang mengelarinyapun akan mendapat nama yang sama buruknya. Kata masyarakat kok iso(bisa) orang kayak gini di kasih gelar?nggak kompeten!!.

Bukan hanya itu, jika kemudian kampret ini memberanikan diri memasuki profesi keguruan bahasa arab maka akan terjadilah sebuah kedholiman yang besar. Lah kok tidak? Di saat murid mengadukan nasibnya menyelakan waktu yang dia punya untuk hadir dikelas,  guru tersebut malah tidak bisa memberikan apa pun pada diri murid tersebut. Bagaimna bisa memberi jika tidak memiliki. Al faqid la yu'ti.

Jika kita melihat dengan teori pendidikan satu lubang ini bisa menjadikan rusaknya hal-hal yang lain juga. Karena pada prinsipnya, pendidikan itu sistem yang memerlukan suatu tahapan. Terlebih lagi guru di dalam pendidikan merupakan faktor terpenting didalam kelas.  Jika guru tidak memberi pengajaran yang maksimal Sistem akan kacau. karena salah satu tahapan tidak mendapat porsi kualitas yang semestinya. Begitu sederhananya.

Kejadian ini mirip dengan apa yang di dawuhkan oleh rosul.  Apabila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya. Selain itu, juga ada ancaman tersendiri bagi orang-orang yang memaksakan diri untuk menempati sesuatu tempat padahal dia bukan ahlinya pada bidang itu. Hal ini ditunjukkan pada rangkaian kisah isro' mi-roj nabi. Sialahkan dibuka kisah isro' mi'roj.

Buruknya nama, kebohongan, kedholiman tentu bukan perkara yang bisa di anggap sepele. Bahkan jika dimasukkan pada agama islam itu sendiri maka bisa jadi hal ini masuk pada kategori haram. Jikalau tak mau mengalami konsekwensi tersebut maka pilihannya hanya ada dua,  Tinggalkan gelar atau jadilah guru bahasa arab yang pantas dan baik. Dan tentu pilihan terbaik adalah yang kedua mengingat seberapa besar waktu yang sudah kita korbankan dan biaya yang tidak sedikit akan sangat sayang jika tidak mendapat APA-APA.

Sebenarnya Kesulitan -kesulitan yang terjadi didalam pembelajaran bahasa arab dikampus ini memang beralasan. Kampus sekelas uin saja menurut saya belum bisa menciptakan sarana yang bisa membuat murid menjadi ahli dalam bahasa arab. Biah lugowiyyah yang menjadi bagian penting dalam pembelajaran bahasa hanya terkusus ditempat-tempat tertentu seperti alkindy(organisasi pengembangan bahasa) dan kelas icp(kelas internasional). Hal inilah yang kemudian menjadikan mahasiswa tidak berkembang dan kesulitan. Yang bisa duduk nyaman hanya mereka yang sudah memiliki bekal dulu dari pesantren-pesantren mereka.  

Namun, sebetapapun sulitnya yakinilah segalanya pasti ada jalan. Tidak ada yang tidak mungkin. Selama usaha terus dilakukan segalanya bisa dilakukan.

Hal ini terbukti oleh cerita masyhur ibnu hajar yang awalnya putus asa namun setelah melihat cekungan batu yang terkena air beliaupun sadar ada masanya usaha itu akan membuahkan hasil (saya tidak menceritakan detail karena saya yakin kalian sudah tahu). 

Pada akhirnya, ibnu hajar yang awalnya tak percaya akan kemampuannya, sekarang telah dikenal sebagai salah satu imam besar ilmu hadist dan ilmu ilmu lainnya. Andaikan  benar terjadi beliau putus asa dan pulang. Maka tidak akan kita bisa temui karya-karya beliau yang luar biasa.

Dari cerita tersebut bisa kita simpulkan bahwa banting stir atau putus asa bukan lah solusi. Yang menjadi solusi sebenarnya adalah terus berjuang. Dengan selalu berpikir cara-cara baru dan kreatif agar tenaga yang kita keluarkan bisa menghasilkan hasil yang maksimal. Ingat, semua orang bisa sampai ke roma dengan caranya sendiri-sendri. Dan jika itu berhasil, hal itu dapat menjadi modal yang besar sebagai guru. Karena ketika kita bisa memintarkan diri maka keungkinan besar kita juga bisa memintarkan orang lain. Jadi kira-kira masih ingin banting setirkah anda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun