Namun Ayana hanya bisa kecewa, Ari lagi-lagi hanya berkata. "Ya sudah lah kalau memang kamu tak merasa ngapain marah," katanya.
"7 tahun aku diam, 7 tahun aku sabar atas perlakuan ibu dan adik-adikmu. Aku gak cuci piring gak cuci baju bukan karena sengaja. Itu karena anak kita saat itu masuk rumah sakit. Kamu ingatkan?," Kata Ayana.
Ayana merasa kecewa, adik iparnya Tia dan Ibu mertuanya entah kenapa sangat membencinya. Kejadian yang sudah lewat, harus dijadikan bahan supaya semua orang membencinya.Â
"Aku diam karena aku menghargai nya sebagai mertua. Bukan aku gak punya jawaban. Aku gak cuci piring dua hari  karena anak sakit jadi omongan. Gimana kalau aku balik pertanyaan nya. Gimana kalau anak mu selama nikah gak kasih nafkah ke aku," katanya lagi sambil menangis sakit hati.
Ari pun hanya diam. Meminta Ayana bersabar. Selama ini, suami Ayana menjadi pekerja serabutan. Tak tentu penghasilan yang ia dapat. Ayana memenuhi kebutuhan makan minum dan jajan anaknya sehari-hari, selama ini didapatkannya dari hasil berjualan kecil-kecilan di rumah. Kadang ia harus berhutang ke warung sayur tetangganya jika hasil dagang tak mencukupi.
Keesokan harinya, Ayana sedang menampingi anak nya. Kemudian Tia tiba-tiba lewat dari arah belakang. Seperti biasa, Tia mengadu pada Ibunya.Â
"Ibu, aku tadi ketemu Yana. Dia gara-gara dimarahin bapak itu, aku sekarang dicuekin. Didiemin. Ketemu aku aja buang muka Bu, dia itu benar-benar gak tau diri padahal di sini juga rumahnya numpang sama kita," keluh Tia.
Ibunya pun merespon dengan nanar sinis. "Memang Yana mantu kurang ajar," katanya. Nanti kalau kakakmu datang aku tegur dia biar dikasih tau itu istrinya.
Bersambung......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H