Mohon tunggu...
Kenti Lestari
Kenti Lestari Mohon Tunggu... -

Seorang Muslimah Pengukir Kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pasal Empat Belas

19 Juni 2013   12:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:46 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Pasal empat belas?”

“Cintaku terhalang di pasal empat belas!”

“Gara-gara pasal empat belas!!!”

Aku agak geli mendengar kalimat-kalimat seperti itu. Hey, apa yang salah dengan itu? Pasal empat belas? Apa sih? Aku pun berlalu dengan membaca tulisan berjudul AD-ART oraganisasi rohis di sekolah ku.

Tersebut disana di dalam bab X pada pasal 14 ayat (1) bahwa inti nya pengurus DKM dilarang berkhalwat (berdua-duaan) alias interaksi dengan judul ‘PACARAN’ baik itu di dalam masa jabatan atau bukan lagi masa jabatan, baik itu dengan sesama aktivis atau non aktivis. Aku tersenyum membaca ini, kenapa? Ada yang aneh? Jadi ini alasan bagi orang-orang sekitar memandang aneh kami dan enggan untuk bergabung dengan kami?

Seringkali pula ku dengar ada yang mengatakan, “Ken, di DKM ga boleh pacaran ya?” atau, “Yaah... di DKM ngga boleh pacaran siih.. jadi gue males deh gabung!” oh hellooow... what’s wrong? dan kami selaku pengurus hanya bisa menjawab, “Temen-temen, pacaran itu ngga di larang sama DKM koo.. tapii.. pacaran itu emang udah dilarang dari sononya, dari Islam, dari Allah langsung.. kan ada di Al Qur’an Surat Al Isra (17) ayat 32 yang isinya, ‘Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.’”.Lagian apa yang salah sih sama peraturan itu? Sama ayat itu? Emang dengan pacaran, bisa menjadikan kita lebih baik gitu? Terutama di mata Nya? Hey, segala yang Allah larang itu justru mendatangkan manfaat lho. Ayat itu tuh ya turun karena Allah memerintahkan kita selaku umat muslim agar senatiasa menjaga kehormatan nya. Emang mau dibilang ngga punya kehormatan?! Saya sih ngga!

Ayat itu juga menjadikan kita berbeda dengan binatang. Allah kan bilang agar kita jangan mendekati zina, yang dimaksud zina itu yaa bukan hanya berhubungan layaknya suami-istri (itu malah muara dari pedekate terhadap zina)  tapii zina itu ada macem-macem, ada:

a) Zina mata, yang terus ngeliatin lawan jenis tanpa gadhul bashar (menjaga pandangan), pan Rasulullah SAW juga bilang, kaloo "Wahai Ali, janganlah engkau ikuti pandangan yang satu dengan pandangan yang lain. Engkau hanya boleh melakukan pandangan yang pertama, sedang pandangan yang kedua adalah resiko bagimu."(HR Ahmad)

b) Zina hati, yang isi hatinya tuh ya alwaaaaayyyysss si dia. Apa apa dia, jadi inget lagunya Duo Maya, “Aku mau makan, ku ingat dia, aku mau mandi juga ingat dia, eh pas mau tidur jadi kelaperan karena lupa makan” *ngga gitu ya lagunya? Maaf bukan pecinta musik yang baik hehe.Jadi kekhawatiran disini itu, takutnya nanti apa yang ada di hati jadi teraplikasikan ke amal sehari-hari kita. Pas udah jam 09.35 Waktu SMK, “wah waktunya istirahat nih, sholat dhuha dulu aah.. kali aja ketemu sama si dia, pan dia rajin sholat dhuha”  atau “baca Al Qur’an nya yang keras aaahh terus di deket hijab musholla, biar kedengeran gituu sama si dia” bisa juga gini “Duh, lemes juga lagi puasa yeuh, moga-moga dia nyadar dan mau merhatiin aku”

Ckckck ayo kita ucap, Astagfirullaahal adziim...

c) Zina fisik, nah ini nih yang paling parah. Sampe ke fisik bro, sist! Gimana ngga, buat mereka yang merasa dunia dan seisinya milik berdua dengan pasangan nya (yang insya Allah haram kalo itu pacaran) bisa mengartikan diri si pasangan nya pun miliknya seutuhnya, sampe sampe hayo aja mau pegang-pegangan tangan (kaya tukang pijit) mauu.. apa lagi deh gatau, di sensor aja. Pokok nya ya gitu deh parah beeud pokoke, sampe-sampe muara nya ya itu tadi berlanjut ke hubungan yang tidak seharusnya, hubungan yang apabila di jalankan oleh suami-isteri akan mendatangkan pahala, namun sebaliknya, dosa yang didapatkan bagi mereka yang belum menikah. Na’udzubillah summa na’udzubillahi min dzalik.

Padahal, kalo ngga salah ada hadist apa pepatah deh yang mengatakan, “lebih baik ditusuk besi yang amat panas dibandingkan harus memegang wanita yang bukan mahram!” *keren banget ada ikhwan yang kayak gitu :)

Selain tiga tersebut diatas, bentuk zina mungkin ada yang lainnya juga wallahu’alam, tapi yang umum dan parah terjadi ya tiga tersebut diatas. Back to pasal empat belas *jeng jeeng..

Saya pribadi sih agak miris ya dengan kalimat-kalimat di atas tadi. Saya ngga bermaksud menggurui dengan adanya tulisan ini, lagipula emang udah banyak tulisan kaya gini berseliweran disana-sini, namun saya merasa tulisan seperti ini harus terus tersebar luaskan. Kan bisa jadi, ada yang udah pernah *bahkan sering membaca tulisan kayak gini, tapi what ever-lah ngga pedulian khawatirnya malah jadi salah satu ciri dari orang sombong yang mengingkari kebenaran, tau sendiri bila ada kesombongan di hati manusia meski sebesar biji dzarrah Ia tidak akan masuk Syurga, na’udzubillah. Saya juga takut, saat nanti dimintai pertanggungjawaban atas diri saya, mungkin akan ada saksi yang mengatakan saya tidak mau bertanggung jawab minimal mengingatkan orang-orang disekitar atas fenomena yang terjadi saat ini. Saat dimana -sulit untuk saya mengatakan ini- tingkat aborsi di dunia, di Indonesia, dan bahkan di kota saya tercinta, Bogor telah menjadi salah satu kota dengan peringkat aborsi yang cukup tinggi. Saat dimana, di tengah asyiknya kita belajar, menuntut ilmu, atau sedang membaca tulisan ini, telah banyak bayi yang di gugurkan, atau di lahirkan dan dibuang, atau sedang ada teman-teman kita yang berbuat tak semestinya.

Miris memang mendengar ini semua, saya hanya khawatir, dunia kini dengan teknologi nya yang super canggih namun meluluh lantakkan peradaban yang sedari dulu dibangun, bahkan menjadikan peradaban kini kembali ke jaman dulu sekali, jaman primitif, jaman dimana peraturan masih belum berlaku, jaman dimana pola pikir masih sangat sederhana dimana dengan pakaian seadanya, hidup bersama dengan binatang dan bisa jadi tingkah laku (maaf) layaknya binatang. Apa kita mau disamakan dengan orang-orang di jaman seperti itu?

Sekali lagi, apa kita mau disama ratakan seperti orang-orang di jaman primitif? Seharusnya kita mampu berpikir lebih cerdas bukaan..?!

Akhir kata, saya berharap semoga tulisan ini bisa menjadi pukulan ke seratus setelah Anda mendapatkan 99 kali pukulan atas tulisan  seperti ini juga bagi yang sering membacanya. Semoga tak ada pikuran negatif berseliweran atas saya dan tulisan saya, tapi kalo mau comment ya monggo sudah di sediakan box comment nya dibawah ini. Saya juga berharap dengan adanya pasal 14 di bab AD-ART organisasi rohis saya tidak menjadikan sebagian orang berpikiran asing atau sebagian lagi berpikiran biasa saja dan dianggap formalitas. Semoga kita semua saling tersadarkan dan menyikapi semua ini dengan baik.

Buat yang ngga pacaran, Alhamdulillah moga ga usah aja.. *kecuali udah halal :)

Buat yang pernah pacaran, yaudah kedepan nya jangan lagi dan tobat-setobatnya..

Dan buat yang saat ini masih pacaran, ekheum agak geli sih kalo ngeliatnya, tapi semoga mau lagi bercermin ke hati Anda sekalian, apa manfaat nya dan apa mudharat nya. Sekiranya manfaatnya lebih banyak dari mudharatnya, sok comment weh di dieu.. dan inget lagi ayat yang satu ini “...sesungguhnya wanita yang baik-baik hanya untuk lelaki yang baik-baik, dan wanita pezina (yang buruk) hanya untuk lelaki pezina pula...” lupa lagi ada di surat apa, kalo ngga salah di QS. Al Baqoroh, dan kalo ngga salah sih intinya lebih kurang ya begitu..

Sekian dari saya, lebih kurang nya mohon maaf, apabila ada kesalahan datangnya dari diri saya, dan yang benar datangnya dari Allah, sekali lagi tidak bermaksud menggurui, hanya berbagi semata. Terima kasih, mari kita tutup dengan bacaan hamdalah dan istighfar, dilanjutkan dengan do’a kafaratul majelis...

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh... *layaknya epilog pengajian umum (rohis) di kelas-kelas :D

Kenti Lestari^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun