Pertanian 4.0 mendorong sektor pertanian ke sinergi baru yang sebelumnya tidak terpikirkan untuk memperbaiki jalur kesejahteraan bagi petani.
Penerapan teknologi ini bisa memasuki subsektor pertanian seperti peternakan itik dan pengusaha telor asin di Tegal, Brebes dengan jaringan penjualan digital.Â
Perusahaan pertanian atau perusahaan penghasil komoditas pertanian atau wirausaha muda bidang pengembangan starup memiliki peluang dengan memanfaatkan CSR beberapa perusahaan BUMN seperti TELKOM. Secara finansial dan ekonomi mampu mengurangi biaya pendirian perusahaan dengan cara lama.
Dan semua ini berpulang kemauan politik, para politisi, Kementerian sebagai eksekutor UU, Petani muda, pengusaha muda, Penggiat pertanian dan NGO dan LSM yang berfocus pada sektor reformasi agraria dan pemberdayaan petani.Â
Terutama pemerintah sekarang. Penyelenggaraan sebuah konferensi sekelas Food Security menghabiskan dana milyaran. Dan hal ini bisa dialokasikan untuk pengembangan starup untuk pensejahteraan petani, peternak, nelayan yang menyebar merata di seluruh Indonesia.
Kemauan ini kita lihat apakah menjadi bagian turunan dari APBN 2019 yang telah disahkan antara DPR RI dan Presiden  Ir. Jokowi Yusuf Kalla sebagai penanggungjawab amanah konstitusi dari masyarakat Indonesia.Â
Atau kata Ahmad Gazali penggiat pertanian terpadu organik dengan bioteknologi NT 45 "Ota Gadang Se" atau deklarasi diatas kertas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H