Perkembangan usaha dalam bidang pertanian dan peternakan berbasis natural atau dalam bahas kerennya adalah organik sangat menjanjikan. Dalam satu dekade organik masih menjadi sesuatu yang absurd dan tidak terang benderang. Maklum tidak semua orang mengerti seluk beluk bagaimana pertanian organik di kerjakan.
Seiring waktu dan pemain usaha organik tumbuh berkembang dan juga permintaan pasar yang terus naik. Maka hasil produk dari pertanian organik seperti beras organik, cabe organik, ikan organik, dan sayuran organik serta produk turunan semakin banyak dipasaran.
Namun, kenapa harganya lebih mahal? kita kan tidak mampu membeli. Jika di beli maka akibatnya adalah kekurangan kuantitas barang yang didapatkan. Kalau non organik kan bisa dapat banyak dan harganya lebih murah.
Telisik punya telisik kenapa produk organik lebih mahal ada beberapa alasan:
Pertama. Untuk menghasilkan produk organik dari pertanian membutuhkan investasi awal reklamasi lahan. Metode biasa untuk menghasilkan padi organik membutuhkan 3 kali panen tanpa menggunakan pupuk kimia sintesis dan pertisida buatan. Dalam proses ini petani harus membeli kompos atau pupuk organik dengan harga yang lumayan menguras kantong petani.
Kedua. Masuknya investor yang menanamkan investasi dalam bisnis ini. Investor menanamkan investasi dalam skala besar. Mereka membeli lahan petani dan kemudian mempekerjakan petani di lahan tesebut dengan sistem upah. Sedangkan hasilnya milik investor. Dan sebagian menggunakan pola bagi hasil dengan petani. Dimana petani tetap menggarap lahannya. Sedangkan investor memberikan pupuk dan bahan yang dibutuhkan. Hasil tersebut menjadi milik petani sebagian dan sebagian milik investor. Harga di tingkat petani masih standar. Sedangkan harga makin mahal ada di tangan investor yang memiliki merek dan sistem distribusi.
Ketiga. Biaya sertifikasi dan juga promosi yang sangat berat. Kenapa berat? mendidik konsumen untuk mengerti tentang bagaiman proses produk pertanian organik, cara perlakuan dan juga hal-hal lain membutuhkan biaya yang hampir memakan biaya 20% dari ongkos produksi. Maka ketika harga sekilo beras organik Rp. 15.000,- maka didalamnya ada biaya promosi dan distribusi Rp. 5.000,-.
Keempat. Hasil pertanian organik belum masuk dalam skala industri. Pengejaan pertanian organik banyak memanfaatkan tenaga mulai dari awal proses pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan dan juga panen. Peralatan pertanian belum dimiliki oleh petani.
Kelima. resiko usaha yang tinggi dihadapi oleh para pelaku pertanian organik. Resiko kegagalan panen, kerusakan oleh wabah penyakit dan juga resiko alam berupa perubahan cuaca. Karena cuaca di berbagai tempat di Indonesia telah sangat ektrem. Bila panas maka akan terjadi kekeringan yang luar biasa, sampai-sampai tanaman hangus tersengat cahaya matahari. Bila musim hujan maka tanaman akan berendam dalam banjir. Resiko ini tidak dicover oleh asuransi dan juga terkadang tidak di bantu oleh pemerintah.
Inilah beberapa alasan kenapa hasil pertanian organik sedikit lebih mahal. Kemudian apakah biaya ini diturunkan sesuai dengan harga barang yang lain. Jawabannya bisa dan mungkin. Maka ada beberapa hal mendasar yang mampu mengurangi biaya jual produk pertanian organik.
Pertama. Petani memiliki sumber-sumber bahan pembuatan pupuk organik dan anti hama organik. Ketika petani memiliki sumber ini maka biaya produksi dari pupuk organik dapat di pangkas sampai 70%. Hampir selama ini petani hanya menjadi konsumen beberapa produk pupuk organik dari produsen. Agro Pure Organic Part dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bioteknologi NT 45 memberikan pelatihan dan pendidikan pembuatan Pupuk Organik Majemuk Lengkap sekaligus Anti Hama organik. Sumber-sumber ini ada dekat dari petani. Ketika petani mampu membuat pupuk organik sendiri maka ongkos produksi bisa ditekan sampai 50%.