Mohon tunggu...
Muhammad Yunus
Muhammad Yunus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Penggiat Ekonomi Syariah terapan, dan Pertanian Organik Terpadu berbasis Bioteknologi. Sehat Manusia, Sehat Pangan, Sehat Binatang, Sehat Tanah, Air dan Udara.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jalan Pendidik: Sepi Berliku seperti kelok 44

4 Maret 2012   17:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:30 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makalah yang dipersiapkan dalam seminar "Menjadi Guru Tangguh Berhati Cahaya" dengan pembicara utama Om Jay di Balairung Caraka Universitas Bung Hatta, Padang tertanggal 10 Maret 2012 yang diselengarakan oleh Komunitas Cinta Menulis UBH yang disponsori oleh Penerbit Indek.

Alam takambang jadi guru (pepatah ranah minang) adalah filosif etis berasal dari kearifan dalam membaca alam. Hal ini menyelaraskan dengan sistematika turunnya wahyu kepada nabi Muhammad yang membawa manusia untuk memahami apa yang ada dalam dirinya sekaligus menyelidiki apa yang ada di luar dirinya. Hal ini merupakan dasar utama dalam prespektif agama menjadi tenaga pendidik. Membawa anak didik untuk memahami ilmu pengetahuan diri sendiri dalam rangka menjadi manusia seutuhnya yang mampu melihat keluar dan melakukan berbagai kreatiftas membuat peradaban.

Diranah minang ada sebuah jalan dari daerah Maninjau ke Ambun Pagi yang terkenal dengan kelok 44. Sebuah jalan penuh dengan tantangan dan juga rintangan yang berat. Sebuah jalan yang memberikan analogi atau perumpamaan bagaimana sebuah proses mencipta, memelihara dan menghubungkan sesuatu yang tidak terhubung. Dalam hal ini ketidaktahuan menuju kepahaman. Dalam setiap jengkalnya jalan adalah sebuah hasil kerja keras. Jalan yang tidak mudah memang, namun memberikan berbagai pembelajaran bagi siapapun untuk menempuh jalan pendidik. Hal ini senada dengan ungkapan Imam Syafi'i bahwa ilmu itu didapat dengan berlelah-lelah.

Menoleh kebelakang tentang perjalan hidup setiap manusia. Terlahir dengan modal ketidaktahuan, hanya diberikan instrumen pembelajaran berupa mata, telinga dan hati. Menggunakan alat bantu penyimpanan bernama otak dan alat kerja benama tangan. Perlahan misteri diri dan alam terbuka lewat bimbingan para pendidik bernama orang tua, guru TK, SD, sampai Perguruan Tinggi. Sedangkan secara nonformal bernama  kehidupan, budaya dan orang yang pernah dekat atau berpapasan secara lama atau hanya selintas.

Kelok demi kelok dalam kehidupan seorang akan dipandu oleh pendidik yang selalu memberikan arah dan petunjuk untuk dapat melewati tikungan kehidupan. Setiap kelokan akan memberikan ilmu dan hikmah untuk dapat melewati kelok selanjutnya. Dan setiap orang yang melewati kelok tersebut akan selalu mendapatkan arahan dan bimbingan untuk tidak terjatuh dan terpeleset kedalam jurang kehancuran.

Setiap yang telah melewati kelok kehidupan akan memberikan sebuah gambaran kehidupan yang dapat membantu orang lain. Setiap arahan dan bimbingan dari setiap kelok disanalah letak peran pendidik, tetap berada dan tidak meninggalkan tugas untuk memberikan arah keselamatan bagi siapapun yang mengaruhi kelok kehidupan.

Dapat dibayangkan jika pendidik tidak memiliki ketangguhan hati, jiwa maka ia tidak mampu untuk bertahan mengarahkan generasi demi generasi untuk dapat menyelesaikan kelok demi kelok. Memandu siang dengan cahaya matahari, malam dengan bulan dan bintang yang terus berkedip.

Cahaya itu berdasarkan kepada Nurani Fitrah kemanusiaan. Ia bukan cahaya yang berasal dari sesuatu yang tidak abadi, muncul ketika ada energi penyuplai. Kita hidup dari ilmu yang menjadi cahaya dan sinar rembulan berkedipkan bintang hikmah yang disampaikan oleh para pendidik.

Dalam terminologi bahasa arab menjadi pendidik bernama murabbi. Memiliki makna memelihara, menumbuhkan dan mengembangkan serta memberikan arahan. Berasal dari kata rabba. Dalam prespektif agama Islam pendidik merupakan disipilin untuk menciptakan keberlangsungan manusia sebagai khalifah dan memenuhi amanah sebagai hamba.

Peran pendidik mengambil tindakan pertama menyelaraskan kehidupan dengan meninggalkan generasi lebih baik dari sebelumnya. Generasi yang tidak tersesat salah jalan, atau tergelincir dalam kehancuran kehidupan.

Menjadi pendidik adalah jalan hidup setiap orang. Jalan yang terkadang sepi. Melengok sejarah penghargaan guru, baru satu dasawarsa memiliki kehidupan yang baik secara materi. Hal ini dimulai dari keberpihakan APBN 20% untuk pendidikan. Kemudian disusul dengan kebijkan sertifikasi guru dan juga berbagai program lanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun