Mohon tunggu...
Muhammad Yunus
Muhammad Yunus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Penggiat Ekonomi Syariah terapan, dan Pertanian Organik Terpadu berbasis Bioteknologi. Sehat Manusia, Sehat Pangan, Sehat Binatang, Sehat Tanah, Air dan Udara.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Rupiah Apakah Tuan Ekonomi Indonesia?

27 Januari 2015   06:25 Diperbarui: 6 Desember 2019   17:09 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dijual ke Konsumen Indonesia dengan harga rupiah yang nanti dikonvesikan menjadi dollar untuk membayar hutang dan bunganya. Begitu juga dengan berbagai jenis komoditi yang semuanya diperjualbelikan secara besar dengan standar dollar Amerika. Terus efeknya dengan masyarakat kita yang kerja di luar negeri bagaimana? Semakin banyak yang kerja keluar negeri. 

Menggunakan standar gaji dollar, nanti ditransfer ke Indonesia dan jadilah gajinya besar dan lebih besar dari gaji yang menggunakan rupiah di dalam negeri. Maka kita melihat perpisahan sementara waktu anak dengan ibunya. Bapak dengan anaknya dan juga semakin banyak masyarakat Indonesia yang lebih memilih bekerja secara informal atau formal walau sebagai asisten rumah tangga di luar negeri. 

Masih seputar dollar dan rupiah ne. Ngomong-ngomong sudah berapa dollar yang ente simpan sebagai cadangan untuk kaya bila nanti rupiah terjun sampai nilai tukarnya Rp 18.000,-per 1 dollar? Uppsss itu rahasia bung. 

Hitung-hitung mengamankan kekayaan dari hasil pencarian selama ini. Bila menyimpan dalam rupiah dengan sistem mengambang dan ditentukan pasar. Maka rupiah jarang menjadi kekuatan menyimpan kekayaan. Malah akan terus digerus oleh inflasi dari tahun ke tahun. 

Barangkali besok pemerintah menerbitkan uang Rp 250.000,- untuk dapat mengakomodasi rupiah yang semakin gemuk dan dollar yang tetap langsing. Bisa aja ente. 

Ini kan persoalan rupiah kita memiliki bunga yang tinggi indikator mudah dibaca kok. Lihat aja berapa Sertifikat Bank Indonesia dan juga bunga kredit konsumtif dan investasi dari 5 perbankan nasional. Karena Bank Sentral Amerika saja berani menolkan Sertifikat Bank sentralnya. 

Gunanya adalah pemerintah tidak terbebani membayar bunga yang disimpan oleh perbankan amerika. Dan dana mereka lebih baik diinvestasikan di sistem keuangan di negara-negara yang memberikan bunga menarik. 

Maka jangan senang bila ada aliran dana masuk ke sistem keuangan Indonesia terutama di perbankan dan saham. Sebab motifnya adalah akumulasi bunga dan melakukan pendapatan dari permainan selisih kurs rupiah dengan dollar. Bila untungnya menipis, maka dana itu akan dipindahkan ke sistem keuangan negara lain. 

Hal ini yang menjadikan rupiah Indonesia diyoyo dari presiden ke presiden di Indonesia. Maka untuk menurunkan presiden sekarang. Cukup mudah saja. Bikin rupiah Indonesia seperti tahun 1998 dan kemudian perbankan menaikkan suku bunga kredit deposito dan tabungan dan kredit investasi lebih rendah. Maka akan banyak perbankan Indonesia kollaps karena tidak mampu membayar kewajiban bunga hutang dan bunga dari tabungan. 

Pilihan pahitnya adalah menjual perbankan atau mencari hutang dollar untuk menyelamatkan sistem keuangan. Berarti bila hal itu terjadi, yang untung yang mempunyai deposito dan tabungan dollar donk. Dan yang menggunakan rupiah sebagai nilai simpan rugi besar dengan depresiasi nilai tukar dengan barang dan jasa yang dibutuhkan. 

Ya begitulah perekonomian liberal yang memisahkan antara sektor moneter dengan fiskal. Yang tetap untung adalah yang meminjamkan uang berbentuk dollar baik bagi pengusaha, pemerintah dengan jaminan asset kekayaan pemerintah dan swasta untuk membayar pokok hutang dan bunga yang berdurasi 30 tahun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun