ini semua memang belum mewakili segala kesulitan yang dihadapi oleh semua TKI yang berada di Sabah ini. Hanya sebagian kecil yang nampak oleh mata dan sangat terasa sekali ketika dihadapkan dengan anak-anak TKI apalagi dihadapkan dengan pendidikan yang diharapkan oleh Orang Tua dan yang dinginkan oleh anak. Memang betul dibangku sekolah Siswa dituntut untuk mempelajari segala pelajaran yang wajib mereka terima, namun dibalik segala kewajiban yang harus dilakoni siswa, ajang berkumpul disekolah ini mereka manfaatkan untuk bermain melepas penat dari segala kesendiriannya memikirkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Kesendiriannya merasakan rintangan rintangan yang dihadapi dan mungkin kedzaliman-kedzaliman yang selalu datang menerpa silih berganti. Suatu waktu saya pun mencoba mendekati mereka untuk menggali rasa mereka dari segala rintangan. Banyak dari mereka yang tidak terlalu memikirkan kurangnya fasilitas sekolah, sulitnya mencari buku-buku yang berstandart pendidikan Indonesia dan rasa terkucilkannya dengan pendidikan yang sangat berbeda dengan sekolah-sekolah kerajaan Malaysia yang tersebar di dekat lingkungan ini. Namun mereka hanya mengeluh “kami disini hanya menginginkan ada bantuan untuk membayar tambang Bus dan membuat dokumen agar kami tidak selalu dikejar-kejar oleh Polisi Imigrasi”sangat miris hati ini mendengar keluh-kelas mereka.
Harapan mereka sangat sederhana, mereka bisa menekan biaya hidup orang tua yang digelontorka unruk biaya tambang Bus yang sangat mahal dan dapat memiliki dokumen (Paspor) sebagai identitas mereka tinggal di Malaysia pak. Alangkah mulianya permintaan mereka. Bukan minta harta yang melimpah, bukan meminta rumah yang mewah, bukan meminta gadget atau segala bentuk teknologi yang lebih modern, namun mereka meminta ada bantuan biaya transportasi untuk pergi ke sekolah dan meminta biaya pembuatan Paspor. Kalau kita kaji kembali, dua hal ini adalah usaha mereka untuk menjadi warga negara Indonesia yang baik.
Mereka berusaha menaati kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Dibalik kesulitannya mereka pun berusaha mentaati segala aturan yang ada. Begitulah bapak, kondisi mereka di Sabah sangat bersemangat dalam menjalani kehidupan ini. Dibalik perjuangan mereka dimensi kenegaraannya masih begitu terjaga dalam hati saudara-saudara kita. Apakah Nasionalis mereka masih di pertanyakan ? jika masih, apa yang harus mereka lakukan untuk membuktikan rasa Nasaionalisnya pak ? apa mereka tidak sadar dengan resiko status ilegalnya ? saya rasa mereka semua sadar, namun sekali lagi mereka mempunyai pilihan sulit dengan apa yang telah terjadi.
Saya pun agak terkaget-kaget dengan kepeduliannya terhadapa Indonesia, perlu bapak tahu merka disini chanel TV yang mereka tonton sebagai pelepas penat dari kesibukannya itupun semuanya chanel Indonesia. Bahkan ketika ada kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia mereka selalu update dan saling membahas perkembangan Indonesia dengan para TKI yang bekerja di Sabah. Mungkin jika kita membahas kepedulian terhadap negara Indonesia lebih peduli saudara-saudara kita yang merantau disini pak.
Bapak Presiden harapan kami sekiranya bapak bisa mempedulikan nasib-nasib saudara kita yang merantau di Sabah. sekali lagi bapak, mereka hanya menginginkan dua hal pokok yaitu bantuan pembuatan Paspor dan pembayarTranspor ke sekolah dari pemerintah. Mungkin hal ini terlihat mustahil, namun saya sendiri kasihan ketika melihat Siswa CLC yang terjaring cheking harus dikurung. Mereka pasti meninggalkan sekolah sebagai bekal mereka untuk hidup dikemudian hari. Semoga bapak presiden dapat memberikan setets iba bagi mereka agar setetes iba tersebut dapat menjadi tetesan menyejuk kehidupan para pelajar yang berjuang di Sabah agar dapat membangun Indonesia lebih maju dan lebih berwibawa lagi dimata Dunia.
Sekian bapak, semoga hati pemimpin negara kami ini dapat bersambung dan membentuk ikatan antara rakyat dan pemimpin negara dan bermatamorfosa menjadi ikatan saudara yang tidak terpisahkan oleh segala rintangan “godha rencana” dari segala macam marabahaya karena sejatinya kita adalah sama sebagai manusia yang harus memanusiakan manusia.
Terima kasih. Wahai Presidenku tercinta.
Salam Kemanusiaan..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H