Di lini ini, Italia lebih unggul. Tidak saja soal kedisiplinan, namun juga karena mereka telah teruji dibanding Spanyol. Mereka terbukti mampu menahan gempuran Spanyol dan Kroasia di babak penyisihan grup, lalu mampu mematikan Inggris (meski Inggris terutama lini depannya bermain buruk), dan yang lebih hebat gempuran Jerman juga mampu mereka jinakkan. Sementara Spanyol baru teruji saat menghadapi Italia, sementara saat berhadapan lawan Irlandia, Kroasia, Perancis, bahkan Portugal tak banyak mendapat tekanan.
3. Lini Tengah
Di sisi inilah perang sesungguhnya bakal terjadi. 2 maestro akan saling mengadu skill. Andrea Pirlo akan ditemani Ricardo Montolivo-Claudio Marchioso-Daniele de Rossi. Sementara Xavi Hernandes akan ditemani Xabi Alonso serta Andres Iniesta (dengan pola 4-3-3) atau bisa juga ditambah dengan David Silva, serta Cesc Fabregas, dengan menempatkan 1 striker saja.
Untuk lini ini, Matador Spanyol lebih unggul. Perpaduan Xavi-Xabi-Iniesta sudah begitu kompak. Maklum, mereka telah menjadi trio lini tengah Spanyol sejak 2008, hingga pengertian diantara ketiganya sudah begitu pas. Lain halnya dengan lini tengah Italia yang dikomandoi Andrea Pirlo. Selama gelaran turnamen ini, Pirlo lah otak Italia. Perannya begitu vital. Jika saja nanti Spanyol bisa mematikannya, sangat sulit bagi Gli Azzuri untuk berharap lebih pada Ricardo Montolivo sebagai pembagi bola, sedangkan De Rossi dan Marchioso lebih berperan sebagai penjaga kedalaman. Andai skenario saling mematikan jenderal lapangan tengah (Xavi dan Pirlo) maka disinilah Iniesta berperan penting, dibanding Montolivo.
4. Lini Depan
Disini, Italia jauh lebih unggul. Duet Antonio Cassano dan si bengal Mario Balotteli begitu padu. Mungkin karena mereka sama-sama pernah disebut bengal, di kurun waktu umur yang sama, sehingga bisa begitu nyetel dan saling mendukung. Memang si peterpan belum mencetak satu gol pun, namun pergerakannya dalam membuka ruang, memudahkan super Mario menjadi finisher yang mematikan di depan gawang. Terbukti, 3 gol telah disarangkan Balotteli, hingga berpeluang menjadi kandidat utama top skor turnamen.
Sedangkan Spanyol, selepas ditinggal David Villa yang masih dalam tahap pemulihan cedera, sepertinya kebingungan menentukan siapa sososk striker yang akan diturunkan. Fernando Torres memang telah mencetak 2 gol, namun dia tetaplah bukan pilihan utama Vicente del Bosque untuk mengisi pos lini depan. Terbukti bahwa ternyata Cesc Fabregas yang notabene adalah seorang gelandang, sering dimainkan lebih maju sebagai striker. Jadi patut disimak, apakah lini kedua tim Matador mampu lebih kreatif dalam membongkar pertahanan cattenacio Gli Azzuri, untuk menutupi celah kurang tajamnya lini depan mereka.
Untuk urusan non teknis, faktor sejarah sepertinya juga lebih menguntungkan Italia. Karena terbukti dari catatan perjumpaan mereka, La Furia Roja masih saja kalah. Hanya saja, dari segi pelatih, Spanyol lebih sedikit unggul dengan adanya Vicente del Bosque yang lebih kenyang pengalaman di tim nasional, dibandingkan dengan Cessare Prandeli. Meski begitu, yang namanya peluang selalu saja terbuka bagi ke 2 tim.
Maka patutlah kita menunggu, apakah strategi tiki taka serta permainan indah ala La Furia Roja mampu menjinakkan strategi cattenacio serta sepakbola efektif ala Gli Azzuri? Jawabannya akan tersaji kurang dari 11 jam, dihitung mulai dari sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H