Mohon tunggu...
Sang Nanang
Sang Nanang Mohon Tunggu... -

Manungso tan keno kiniro!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

SWI: Malu Itu Perlu

30 Maret 2015   09:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:48 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah pilihan berat telah diambil Inka, ia tetap menuruti hati nurani betapapun hal itu berakibat sangat berat bagi keluarganya. Kepentingan negara dan rakyat harus diutamakan di atas kepentingan pribadi dan keluarganya. Betapa HS sangat marah dan mendendam ketika mengetahui bahwa yang membawanya ke penjara adalah anak kandungnya sendiri. Bahkan ketika ia sudah di dalam sel penjara, ia enggan bertemu ketika Inka membesuknya. Semua tentu terasa sangat pahit dan getir di hati Inka.

Di akhir cerita, melalui doa dan kepasrahan kepada Tuhan, dikisahkan Herman Sangkelana akhirnya mau menemui Inka. Dalam sebuah percakapan yang teramat dalam, HS mengungkapkan kesadarannya bahwa ia akhirnya sadar bahwa ialah yang telah keliru dan tidak bisa bertanggung jawab terhadap keluarganya dengan memberi nafkah melalui jalan yang haram. Akan tetapi Inka telah menyelamatkan dirinya dan keluarganya. Penjara dunia ada jangka waktu akan berakhir, tetapi penjara akhirat akan abadi sepanjang masa. HS sangat berterima kasih dan bangga memiliki Inka. Inilah akhir kisah sinetron Malu Itu Perlu.

Sinetron Malu Itu Perlu, merupakan sebuah kritik cerdas terhadap fenomena perilaku korup yang kian merajalela di negeri ini. Tidak hanya dilakukan secara mandiri oleh seseorang, banyak tindakan korupsi yang melibatkan secara langsung maupun tidak langsung semua anggota keluarga sebagaimana proses pencucian uang yang sering dipakai sebagai kedok korupsi. Di sinilah pesan moral yang sangat dalam ingin disampaikan bahwa setiap anggota keluarga memiliki peran untuk saling mengingatkan satu sama lain agar jangan sekali-kali korupsi karena terkadang dorongan atau bisikan korupsi juga bisa berasal dari dalam sebuah rumah tangga.

Sinetron ini dibintangi oleh Ayudia Bing Slamet dan Rahman Yacob.

Lor Kedhaton, 30 Maret 2015

Foto dipinjam dari sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun