Dengan tergetar dan sedikit lunglai saya bertafakur untuk kemudian tenggelam dalam sholat. Saya teringat Kanjeng Nabi Muhammad. Saya teringat langgar di dusun kami. Saya teringat bapak-ibu, teringat simbah, biyung tuwo, kakak-adik, tetangga rumah dan para handai taulan di kampung halaman. Saya terkenang dengan orang-orang yang saya kenal dalam kilasan lintasan sesaat. Hati saya adem-ayem merasakan kedamaian. Begini mungkin nikmat keimanan yang dirasa lebih mendalam pada saat kita menjadi minoritas di negeri orang. Sujud syukur kepada-Mu Ya Rabb.
Vienna, 23 Oktober 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H