Saya dan para penumpang tetap duduk tenang dan diam di atas speed yang mengapung di bawah pos jaga. Dari luar pos, sorot mata seorang anggota militer memandangi kami. Saya serta para penumpang lain hanya tunduk atau menoleh kearah lain. Perasaan cemas seakan terpancar dari wajah kami. Dalam hati saya enteng saja, kenapa cemas. Toh saya sudah punya passport yang lengkap dengan visa single entry, cuma jalur yang saya tempuh keliru. "Sejuta" alasan pun sudah saya persiapkan kenapa memilih cara yang salah itu.
Suara tegas militer jaga tadi tiba-tiba memecah suasana hening, meminta kami mengeluarkan passport. Hati saya menimpali, "ah ini pasti basa-basi. Bagaimana mungkin kami dipersoalkan dengan passport sementara awak speed sedang bernegosiasi dengan anggota militer lain di dalam pos. Belum lagi, ini bukan baru kali pertama, speed yang saya tumpangi dan yang serupa sudah kerap kali melintasi tapal batas di perairan Sungai Nyamuk. Mereka pun pastinya sudah saling memahami dan kenal satu sama lain"
Saya dan beberapa penumpang dari speed kemudian menunjukkan passport kearah petugas jaga. Dalam waktu sekejap, awak speed keluar dari ruangan dengan obrolan akrabnya ke anggota jaga yang semula meminta memperlihatkan passport. Itu artinya proses negosiasinya sudah selesai.Wajah segar saya dan penumpang lainnya lalu memancar. Kami pun siap meluncur mendekati daratan kampung Sungai Nyamuk.
Di sekitar pendaratan, yang berbentuk jembatan kecil, nampak kira-kira puluhan speedboat serupa berlabuh. Ya, speedboat itu semua pastinya juga difungsikan untuk mengantar jemput para calon pekerja tidak resmi. Jumlah para pekerja kita di Malaysia tidak sedikit. Kurang lebih dua juta orang, dan hampir separuhnya illegal atau melintasi jalur Sungai Nyamuk-Tawau itu. Jadi, wajar saja jika ada puluhan speedboat yang siap menunggu mengantar mereka ke Malaysia.
Setelah saya turun dari speedboat, tak lama kemudian, datang mobil avanza orang suruhan pengurus menjemput saya lalu mengantar saya ke jembatan berikutnya yang menghubungkan Pulau Sebatik dengan Nunukan.
Singkat cerita, dalam waktu dua hari di Nunukan, semua urusan beres. Saya pun bersiap untuk kembali ke Malaysia. Ketegangan melintasi tapal batas kembali lagi menghantui saya meski sebenarnya saya sangat menikmatinya sebagai petualangan dan pengalaman baru dalam perjalanan hidup saya di Negeri Jiran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H