Mohon tunggu...
Hidayat Doe
Hidayat Doe Mohon Tunggu... -

Lahir di Kamaru, Buton. Alumnus Ilmu Hubungan Internasional Unhas....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Petualangan Melintasi Tapal Batas

18 Februari 2012   00:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:31 1350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kira-kira sejam lebih menunggu, pengurus yang sedari tadi sibuk menghubungi "anggotanya" untuk menjemput saya, datang, lalu menyampaikan ke saya agar siap-siap ke bibir pantai penyeberangan. Saya pun bersiap dan bergegas bersama sopir dan pengurus.

Dari pinggir pantai, sudah tampak speedboat yang akan mengantar saya ke Sungai Nyamuk. Ukuran speedboatnya tak seberapa. Speedboat yang saya tumpangi hanya bisa menampung tujuh orang penumpang, termasuk saya. Sementara masih banyak calon penumpang yang ingin ikut. Namun karena dinding speedboatnya sudah sarat, tinggal beberapa sentimeter air laut menjebol masuk, awak speedboat mencukupkan tujuh orang penumpang saja.

Wah, awalnya, saya khawatir, bisa tenggelam. Apalagi saat naik, speedboatnya oleng-oleng kekiri-kekanan bak mau ngebor. Dalam hati kecil saya berkata, kalau ini karam nanti, habis sudah, dokumen penting termasuk laptop di tas akan ludes seketika. Perasaan negatif itu cepat-cepat saya tangkal dengan doa dan pengharapan pada Tuhan agar diselamatkan dalam penyeberangan itu.

Syukurlah, begitu mesin speedboatnya dihidupkan dan berjalan perlahan, rasa olengnya berhenti. Namun, saat speedboatnya melaju, kira-kira 100 KM/jam, jantung saya serasa mau terbang sekaligus berdebar juga melihat dinding speedboat yang kira-kira tinggal tiga sentimeter, kepulan busa ombak putih masuk ke dalam speedboat. Apalagi, bagian belakang speed dengan sedemikian laju, rasanya seakan mau tenggelam, terjungkir balik dari belakang karena posisi depan speedboat yang terangkat tinggi lantaran lajunya bukan kepalang.

Menyaksikan hempasan sekaligus gulungan ombak putih yang besar menghadang speedboat, saya jadi teringat masa lalu, masa kecil di kampung halaman. Kebetulan ketika kecil, saya sering ikut Bapak bepergian ke daerah-daerah untuk berdagang lewat laut dengan ombak yang lebih besar dari itu. Hanya saja waktu itu, yang saya tumpangi bukan speedboad fiber, tetapi perahu kayu yang bentuknya panjang, "bodi jonson bermesin 10 PK."

Mengingat masa lalu, suasananya jadi mengasyikkan. Perasaan yang tadinya khawatir akan karam, jadi happy dan keenakan ingin kecepatan speedboatnya ditambah. Deru ombak dan hempasan angin segar mengurai rambutku, rasanya seperti sedang terbang di angkasa. Pengalaman pertama menyeberangi tapal batas ini rupanya seru dan membahagiakan juga.

Perasaan akan karam dan ragu dengan incaran Polisi air laut (Polair) seketika sirna dengan kenikmatan menaiki speed (boat) yang melaju kencang. Pengalaman ini mengingatkan juga saya dengan cerita-cerita orang-orang sekampung yang merantau ke Singapura melintasi perairan Batam-Singapura. Pasalnya, kalau ingin selamat dari tangkapan Polair atau petugas jaga perbatasan, kecepatan speed harus di atas rata-rata bak kecepatan kilat.

Namun, sejauh mata memandang di area perbatasan laut yang dilalui, tak ada kejaran patroli keamanan Malaysia yang mencoba mencegat. Maklum, sebelum saya dan para penumpang lain menaiki speed, awak speed sudah lebih dulu "bernegosiasi" dengan petugas jaga Malaysia di atas kapal mereka.

Pantas saja pada saat bertolak wajah para awak speed yang berjumlah dua orang tak nampak keraguan sedikitpun. Apalagi memang melintasi jalur perbatasan dengan speed sudah menjadi profesi hari-hari mereka untuk mendapatkan penghasilan hidup.

Kira-kira setengah jam, kami pun memasuki wilayah perairan nusantara. Dari jauh nampak pos jaga TNI yang terbuat dari kayu, menjulur memanjang dari arah daratan pulau Sungai Nyamuk. Bentuknya seperti dermaga kecil.

Melihat sosok anggota militer yang sedang berjaga di atas pos dengan seragam lorengnya, saya jadi deg-degan. Dalam hati, "wah celaka ini, kita mau diperiksa." Speed pun melambat mendekati pos lalu berhenti persis di depannya. Awak speed kemudian bergegas naik ke pos tersebut dan masuk kedalam ruangan pos untuk "bernegosiasi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun