Mohon tunggu...
SANG GURU BIMBEL
SANG GURU BIMBEL Mohon Tunggu... Guru - Sang Guru Management

SANG GURU MANAGEMENT LKP SANG GURU LPK SANG GURU TOKO SG BEAUTY

Selanjutnya

Tutup

Horor

Kutukan Panti Semesta

21 Oktober 2024   15:32 Diperbarui: 21 Oktober 2024   15:49 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bu Mirna, tolong, kita harus keluar!" seru Amara dengan putus asa.

Namun wanita itu hanya tersenyum. "Sudah terlambat, Amara."

Tatapan Bu Wulan tajam, matanya menyipit seperti sedang mengamati sesuatu yang tidak penting. "Kamu seharusnya tidak pernah mencari tahu."

Di detik itu, Amara menyadari kebenaran yang mengerikan. Panti ini bukan hanya rumah bagi anak-anak yatim piatu, tetapi juga tempat bersemayam bagi entitas-entitas yang lebih tua, lebih gelap, dan lebih berbahaya dari yang ia bayangkan. Dan Bu Mirna serta Bu Wulan... mereka bukan pengelola biasa. Mereka bagian dari misteri gelap ini, menjaga agar rahasia panti tetap tersembunyi.

Sebuah suara rendah bergema di ruangan. Suara Aruna. "Kau tidak akan bisa pergi, Amara."

Sosok itu muncul di balik bayangan, semakin mendekat, semakin nyata. Amara merasa tubuhnya membeku. Hawa dingin menusuk kulit, membuatnya sulit bernapas. Raka menggenggam tangannya erat, tetapi di matanya, Amara bisa melihat satu hal yang tak bisa dipungkiri: ketakutan bahwa mereka tak akan bisa lolos dari sini.

Amara berdiri membeku, matanya terpaku pada sosok Aruna yang kian mendekat. Bayangan hitam itu bukan hanya gelap---ia terasa hidup, seolah memiliki kehendak sendiri. Suara bisikan samar terdengar semakin keras di telinganya. Tubuhnya gemetar hebat, namun tangannya tak lepas menggenggam erat tangan Raka.

"Apa yang sebenarnya terjadi di sini?" Amara bertanya dengan suara bergetar, matanya beralih ke Bu Mirna dan Bu Wulan. "Apa kalian yang membawa Aruna?"

Bu Mirna tersenyum tipis, tanpa sedikit pun keraguan atau rasa takut. "Aruna bukan makhluk yang kami bawa ke sini. Dia sudah ada sejak lama. Jauh sebelum panti ini berdiri."

Amara merasa dadanya semakin sesak. "Apa maksudmu?"

"Ini bukan panti biasa, Amara." Bu Wulan melangkah maju. Suaranya dingin, matanya tajam mengawasi setiap gerakan Amara. "Tempat ini adalah perantara dunia kita dan dunia lain. Setiap anak yang datang ke sini... adalah persembahan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun