Penyebaran Covid-19 berdampak signifikan terhadap perekonomian Nelayan Desa Limbo Kabupaten Pulau Taliabu. Berdasarkan informasi yang didapatkan 08/04/2020, hasil tangkapan Nelayan setelah terjadinya penyebaran covid-19 cenderung meningkat, namun sebagian besar nelayan bingung akan dijual kemana hasil tangkapan mereka, disebabkan beberapa penampung/pembeli hasil, tidak lagi membeli hasil tangkapan mereka.Â
Salah satu penyebabnya yaitu, kapal yang biasanya mengangkut hasil tangkapan berhenti beroperasi untuk sementara waktu guna menghindari penyebaran covid-19, olehnya beberapa pembeli/penampung hasil tangkapan nelayan menghentikan aktivitasnya.
"Masih tempo so pulang gara-gara gabus so pono, tapi gara-gara corona tidak tau mo jual kemana" ungkap Jetho Alfin salah seorang warga Desa Limbo melalui akun facebook miliknya.
Desa Limbo yang merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Taliabu Barat, Kabupaten Pulau Taliabu. Desa tersebut dikenal dengan hasil-hasil perikanannya yang melimpah, diantaranya yang dikenal yaitu sebagai penghasil gurita.
Rifan Daeng Sitaba selaku Kasi Pemerintahan Desa Limbo, melalui wawancara via telepon 08/04/2020 menyampaikan sebelum penyebaran covid-19 harga jual gurita perkilogram mencapain Rp.70.000,- perkilogram kemudian turun hingga Rp.40.000,- perkilogramnya pada awal penyebaran covid-19.Â
Kondisi ini semakin parah setelah pemerintah memberlakukan Social Distancing yang menyebabkan hasil gurita tidak dibeli lagi, sebab perusahan pembeli gurita berhenti beroperasi dan tak lagi membeli hail tangkapan gurita nelayan.
"Pokoknya hasil-hasil nelayan sudah tidak ada lagi yang beli, ikan, gurita, dan yang lainya sudah tidak ada penampung yang mau beli, ikan hanya dijual di kampung saja itupun harganya murah, kalau rumput laut masih ada yang beli tapi harganya murah dan rumput laut saat ini lagi kurang sehat" tutupnya.
Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap perekonomian nelayan setempat, disebabkan sebagian besar warga Desa Limbo merupakan nelayan penangkap gurita, tidak adanya pembeli gurita akan memperparah keadaan.
Penyebaran covid-19 juga berimbas pada meningkatnya harga bahan baku di Desa Limbo, sementara sumber pendapatan warga saat ini sedang menurun secara drastir.Â
Radlan Hardi salah seorang warga dusun satu Desa Limbo menyampaikan terjadi peningkatan harga bahan baku, misalnya beras dari harga normal Rp.9000,- per liter saat ini naik hingga mencapai Rp.11.000,-. Jumlah tersebut terbilang cukup mahal dibanding harga beras pada hari-hari sebelum penyebaran covid-19.
Radlan juga menyampaikan hingga saat ini belum juga ada bantuan bahan baku dari pemerintah daerah yang disalurkan pada keluarga nelayan di Desa Limbo. "sekarang belum ada bantuan dari pemerintah daerah.Â
Pemerintah desa saat ini menggunakan Dana Desa untuk membeli bahan-bahan yang akan digunakan untuk sterilisasi desa, seperti pengadaan sabun cuci tangan, hand sanitizer dan disinfektan serta kebutuhan penanganan covid-19 lainnya, sementara dari pemerintah daerah belum juga memberi bantuan untuk penanganan covid-19 di Desa" ucap Radlan saat diwawancara via telepon 08/04/2020.
Upaya untuk memutus penyebaran covid-19 membutuhkan peran dari semua pihak, terutama  pemerintahan daerah, hingga warga masyarakat, sebab covid-19 tidak piilih-pilih corban, semua kalangan bisa saja terinfeksi. Olehnya peran pemerintah daerah untuk memasitikan warganya berada pada zona aman sangatlah diperlukan.
Social Distancing perlu dilakukan untuk memutus penyebaran covid-19, namun sosial ekonomi nelayan juga jauh lebih penting untuk diperhatikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H