Faktor sosial budaya berkaitan dengan kultur masyarakat yang berupa pandangan, adat istiadat, dan kebiasaan. Pengaruh-pengaruh budaya yang negatif dan salah terhadap dunia pendidikan akan turut berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan remaja tersebut.Â
Remaja yang bergaul dengan teman-temannya yang tidak sekolah atau putus sekolah akan terpengaruh dengan mereka. Sehingga mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, karena teman-temannya juga tidak melanjutkan sekolah.Â
Mereka memilih untuk mencari uang dengan alasan membantu orangtua. Padahal orangtua mereka menginginkan anak-anaknya melanjutkan sekolah agar mempunyai masa depan yang jelas.
Biarlah orangtuanya bodoh yang penting anaknya pintar dan mempunyai masa depan, demikian semboyan orang tua yang sadar akan pentingnya pendidikan bagi kehidupan dan masa depan anaknya.Â
Ada juga orangtua yang belum sadar akan pentingnya pendidikan. Anaknya mempunyai keinginan untuk melanjutkan pendidikan tetapi orangtuanya melarang dengan alasan tidak mempunyai uang untuk membiayai sekolah.
Sedangkan kebutuhan yang belum terpenuhi masih banyak, "Buat apa sekolah tinggi, toh pada akhirnya kerja di pabrik atau jadi kuli bangunan, nyatanya si A sudah jadi sarjana tetapi sampai sekarang masih menganggur?"
Pemikiran-pemikiran seperti itu yang membuat mereka belum sadar akan pentingnya pendidikan. Berhasil atau tidaknya seseorang itu tergantung pada usaha manusia itu sendiri.
Pentingnya perhatian berbagai pihak, baik itu konsultan pemberdayaan, aktivis LSM, peneliti, politisi, dan khususnya para penentu kebijakan untuk menguak nasib buram masyarakat pesisir tersebut.Â
Sebab, diakui atau pun tidak keterpurukan masyarakat pesisir kurang begitu diwacanakan atau dimunculkan kepermukaan, entah karena letak geografisnya yang terisolir, atau karena tertutup oleh permasalahan-permasalahan aktual yang bersifat sementara, sehingga berbagai pihak melupakan masyarakat yang terpinggirkan; masyarakat yang telah lama menahan sakit berkepanjangan.
Kepedihan mayarakat pesisir sering sekali diombang-ambing keadaan bangsa yang tidak menentu, di mana pada kenyataannya mereka adalah korban dari kebusukan pikir para pemimpin, hingga masyarakat pesisir harus menderita dalam waktu yang berkepanjangan.Â
Terkadang, masyarakatnya memiliki keinginan besar untuk terus mengembangkan kegiatan pembangunan sosial-ekonomi wilayahnya.