Mohon tunggu...
bima wahyu
bima wahyu Mohon Tunggu... -

kuli pabrik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Flash Fiction: Pilkada

3 Oktober 2010   17:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:45 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di atas mimbar ...

"Saudara-saudara, bersama ini saya ucapkan terima kasih atas dukungan seluruh warga kota ini yang telah bekerja sama untuk membangun dan memajukan kota ini. Anda semua adalah penggerak utama dari kota ini. Saya hanya sekedar menjalankan titipan amanah dari seluruh warga. Saya tidak bisa menjadi apa-apa dan bukan siapa-siapa saat harus bekerja sendirian. Anda semua adalah pemilik kota ini. Saya hanya sekedar pelayan yang berusaha memberikan hasil terbaik buat anda semuanya."

Plok ... plok ... plok ...
(suara tepuk tangan keras memenuhi gedung pertemuan)

"Saudara-saudara, dalam bulan ini ... beberapa tokoh warga telah datang untuk menyatakan dukungannya agar saya maju kembali menjadi pemimpin kota ini untuk yang kedua kalinya. Terus terang, saya belum memberikan keputusan apapun juga karena saya perlu ijin dan kepercayaan dari anda semua. Apakah saya diperbolehkan maju lagi dalam pilkada mendatang? Apakah anda semua memberikan ijin dan restu untuk saya yang cuma seperti ini adanya?"

"Majuuuu ... maju lagiiii ..."

"Kami siap mendukung bapak untuk maju di pilkada."

"Lanjutkan!"

"Terus maju, pantang munduuurrrr ..."

"Ok ... Ok ... Terima kasih untuk semuanya. Bersama ini saya nyatakan bahwa saya siap maju lagi dalam pilkada mendatang atas doa restu dari anda semua. Terima kasih."

Plok … plok … plok …
(suara tepuk tangan keras memenuhi gedung pertemuan)

Sementara itu, di sudut ruangan, di antara kerumunan massa yang menghadiri rapat partai itu ... seorang perempuan muda duduk sendiri. Dia berkata lirih, "Pasti! Saya akan mencoblos gambarmu di pilkada mendatang."

*****

Saat pelaksanaan pilkada, di dalam bilik pencoblosan ...

"Mampuuusssssss ... Mampuuusss kau! Semoga tiap lobang yang aku cobloskan di gambarmu ini bisa memberikan luka untukmu! Matilah kau! Anjing! Babi! Kau menghancurkan keluargaku! Ayahku menjadi tumbal untuk korupsi dana APBD yang kau lakukan. Mampuuuussssss!!!"

http://sangasiji.wordpress.com/2010/10/03/flash-fiction-pilkada/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun